Hal pertama yang Anna lihat setelah terbangun adalah kegelapan. Tidak ada sedikit pun cahaya yang bisa matanya tangkap, hanya kegelapan. Jelas membuat Anna panik dan napasnya jadi terasa agak sesak. Mau ia menutup mata ataupun membukanya, semua tetap sama saja. Kedua tangan perempuan itu lantas menumpu tubuhnya. Entah apa yang ia rasakan di bawah kulit telapak tangannya. Entah itu tanah atau pasir, Anna tidak peduli. Dalam diam ia pun mencoba untuk mengatur napasnya, berusaha agar dirinya tetap tenang.
Setelah dirasa dirinya sudah cukup tenang, Anna mengingat kembali kejadian sebelum ia berakhir dalam kegelapan. Ia ingat Drachilda tiba-tiba mengeluarkan tornado, lalu ia dan Marrietta berusaha menyelamatkan diri, tetapi berakhir tersedot ke dalam tornado. Sekarang Anna tidak tahu berada di mana. Ia menerka-nerka mungkin dirinya sudah mati terlempar keluar dari tornado. Namun, perempuan itu tidak ingat jika pernah terlempar keluar.
"Wah, sepertinya petualanganku sudah berakhir," gumam Anna seraya mengubah posisinya menjadi duduk.
Tidak ada sedikit pun niatan Anna untuk mencari jalan keluar dari kegelapan, bahkan saat ini pun yang dilakukannya hanyalah menatap gelap seraya bersenandung kecil. Perempuan itu pasrah, jika memang sekarang adalah akhir dari hidupnya ia pun akan terima. Asalkan dirinya nanti ditempatkan di surga. Anna juga tidak mau repot mencari keberadaan Seryl, menurutnya akan sangat percuma mencari seseorang dalam keadaan tak bisa melihat apa-apa.
Anna mulai menekuk kedua kaki, lalu memeluknya seraya membenamkan kepala di sana. Suara dengkusan napasnya terdengar. Awalnya ia memang santai menerima kenyataan itu, tetapi lama-lama ia tidak terima. Banyak hal yang ingin ia lakukan belum terlaksana, termasuk memulangkan Kaira ke rumah. Hatinya berkecamuk, pertanyaan demi pertanyaan bermunculan.
Benarkah ia sudah mati? Jika ia sudah mati, sekarang di mana?
Sekali lagi Anna mengembuskan napas keras. Rasanya berat menerima asumsinya sendiri, sebab hidup dan matinya saja belum pasti. Ingatannya saja berakhir ketika ia terhisap terhisap tornado, itu artinya Anna masih hidup saat ini.
"Kau memang masih hidup."
Suara berat yang tertangkap telinga Anna membuatnya langsung mendongak. Namun, tetap saja ia tidak bisa melihat si pemilik suara. Jadi, perempuan itu hanya mengembuskan napas keras dan kembali menunduk.
"Sepertinya aku jadi gila," kata Anna pelan.
"Tidak, kau tidak gila. Aku memang di sini. Sekarang angkat kepalamu," ucap suara itu lagi.
Lagi-lagi Anna mendengkus, suara misterius itu terdengar yakin sekali bahwa dirinya ada di sana. Jadi, ia pun mendongak untuk membuktikan bahwa kali ini ada wujudnya dari si pemilik suara. Seketika saja, Anna membelalak. Di depannya berdiri serigala putih raksasa yang memancarkan cahaya putih kebiruan. Ia juga bisa merasakan dingin, padahal sebelumnya ia tidak merasakan apa pun. Mata emas serigala itu menatap langsung ke iris biru Anna.
"Ikuti aku kalau kau mau keluar dari sini," ujar serigala putih sembari memutar tubuhnya.
Sebetulnya banyak sekali yang ingin Anna tanyakan, tetapi ia lebih memilih untuk berdiri dan mengikuti ke mana pun serigala putih itu pergi. Cahaya yang memancar dari sang serigala tidak serta merta membuat sekeliling mereka jadi terlihat. Cahaya itu hanya menyinari dirinya, Anna, dan tanah kering di setiap langkah mereka. Tatkala Anna menunduk untuk memperhatikan tanah di bawah kakinya, ia melihat ada jejak es yang ditinggalkan serigala itu.
"Kau tinggal di sini?" tanya Anna.
Serigala putih mendengkus. "Kau pikir aku mau tinggal di sini?"
Anna menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal seraya tertawa kikuk. "Ya, maaf. Aku salah bertanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Crown of Season
FantasyGara-gara Kaira diculik oleh sekelompok Elf pedagang manusia, Anna jadi harus pergi ke Greina bersama Marrietta, Putri Musim Panas. Di tempat serupa dongeng itu, Anna malah menjadi buronan paling dicari karena wajahnya mirip Elizabeth, Putri Musim D...