XXXV. FIVE DAYS BEFORE STORM

42 7 0
                                    

Jika Anna diberi pilihan membuat es batu di wilayah spirit es atau berada di tengah-tengah para bangsawan Greina, jelas ia akan memilih membuat es batu. Perempuan itu sebenarnya tidak mau diseret ke masalah besar, baginya hidup itu harus dinikmati dengan baik tanpa masalah yang bisa membuat sakit kepala. Mendengarkan para bangsawan dan Grand Elders membahas seputar kejahatan dan hukuman Empress, Anna tahu dirinya sudah terseret lebih jauh. Masalah ini cukup besar, melibatkan sebuah kekaisaran. Tidak pernah dalam hidupnya terbayang akan berada di tengah-tengah masalah ini.

Anna tidak mengeluarkan sedikit pun kata-kata, mendengarkan mereka berbicara lebih baik. Dalam diamnya, ia jadi berpikir untuk membuat novel tentang kejadian ini dan tentu saja perempuan itu jadi pemeran utamanya. Biasanya, Anna hanya akan membuat novel remaja dengan pengalaman-pengalaman yang ia lihat dari lingkungan sekitar, bukan pengalaman pribadinya. Ia juga membayangkan mungkin saja akan laku jika disebar di platform membaca, tetapi tiba-tiba teringat bahwa kisahnya kurang bumbu romansa.

Masa aku harus buat tokoh pria khayalan? Duh, yang benar saja! batin Anna.

Perempuan itu mengembuskan napas agak keras hingga membuat Nicol meliriknya sedikit. Pemimpin klan Autumn itu sama seperti Anna, tidak banyak komentar tentang pembicaraan mereka. Ia hanya duduk, mendengarkan setiap ada yang berbicara, mengangguk, lalu meminum tehnya. Anna sendiri sampai tidak bisa menebak yang dipikirkan pria itu dari ekspresinya.

Dia cocok jadi tokoh utama laki-lakinya, pikir Anna lagi.

"Harus saya akui, Your Highness. Meski Empress Drachilda melakukan penyerangan menggunakan sihir hitam dan menuduh Putri Elizabeth, tapi dua hal itu tidak cukup kuat untuk benar-benar menyeretnya ke hukuman mati," ujar Grand Elders Annote.

Anna tiba-tiba membelalak. Karena terlalu lama berkhayal tentang novel yang akan ditulisnya, ia sampai lupa isi percakapan mereka. Terlebih lagi, sekarang mereka ingin membahas hukuman mati. Sungguh, Anna tidak tahu jika Genevieve dan bangsawan pendukungnya menginginkan Drachilda menyentuh akhirat.

"Grand Elders, bukankah akan cukup jika kita menggunakan alasan Kristal Greina? Kasus ini bisa dianggap sebagai kasus pemberontakan," imbuh Genevieve. Ekspresi wajahnya terlihat serius.

"Memang benar, tapi bukti bahwa yang bisa melihat aksara elementalis kuno hanya sedikit orang saja dan hanya saya yang bisa membacanya. Ini tidak akan cukup kuat untuk meyakinkan rakyat---" Grand Elders mengembuskan napas, matanya menatap ke arah sang Putri Musim Semi. "Saya sudah menyuruh para Elders yang bisa melihat aksara itu untuk mempelajarinya. Namun, bukti ini bisa dibantah mengingat hanya segelintir orang yang dapat melihatnya dan sebagian kuil berpihak pada Empress Drachilda."

Suara cangkir yang beradu dengan meja terdengar. Semua mata mengarah ke satu orang yang sejak tadi duduk diam. Pria itu akhirnya membuka suara. "Kuil tidak lagi menjadi pihak netral, ya. Menurutku, jika kuil berencana menyeret Empress atas hak takhta, maka kuil pun akan kena imbasnya. Pemberian gelar itu otoritas kuil, tapi sekarang kuil salah memberikan gelar dan berujung menjadi konflik. Dampak paling parah adalah adanya perang antar-fraksi. Fraksi Kekaisaran dan Fraksi Bangsawan. Pada akhirnya, kuil juga yang akan disalahkan dan kepercayaan rakyat pada kuil akan mulai menurun."

Kini, Nicol menatap Grand Elders tajam. "Anda juga memikirkan reputasi kuil, kan? Sementara saat ini saja aku yakin Empress sudah berasumsi kalian berada di pihak Fraksi Bangsawan. Tidak. Kuil bahkan sudah terbagi dua. Pendukung terbesar Empress ada di dalam kuil sendiri. Menggunakan alasan Kristal Greina bisa dimanipulasi jika Grand Elders hanya mengada-ada tentang pemilik sah mahkota."

Genevieve terdiam, keningnya mengerut dan matanya menatap cangkir teh di atas meja. Sementara para bangsawan lain terlihat kebingungan, kecuali Marchioness Rosabell yang langsung berdeham.

A Crown of SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang