VI. THE LOTTERY

118 20 38
                                    

Bermain lotre sama sekali tidak terpikirkan oleh Anna. Ditambah lagi baru kali ini ia mendengar sistem pembayaran dengan lotre, karena biasanya barter atau jumlah uang yang bisa membuat rakyat biasa seperti Anna meronta adalah sistem pembayaran pada umumnya. Marrietta justru mengernyit ketika Anna menjelaskan tentang sistem pembayaran yang sering dilakukan banyak orang di dunianya, salah satunya penggunaan kartu atau pembayaran elektronik. Putri musim menanggapinya bahwa membayar dengan kartu adalah ide aneh, ia sama sekali tak tahu bagaimana ceritanya kartu bisa membeli barang.

Setelah seharian perjalanan, akhirnya mereka keluar dari hutan, lalu bermalam di dekat ladang gandum. Kini di hadapan dua perempuan itu menjulang tinggi sebuah menara batu. Puncaknya berbentuk lancip dengan cat merah. Jendela-jendela sebesar setengah badan manusia dewasa menghiasi menara dengan jarak yang cukup jauh. Sekilas, menara itu tampak biasa saja, bahkan terkesan tak berpenghuni. Namun, jika dilihat dari dalam, betapa luas dan terang. Dipenuhi barang-barang sehingga menyisakan sebuah celah kecil di pojok ruangan.

Anna bisa melihat seorang kurcaci berambut putih dengan hidung bengkok, duduk di balik meja sambil mengisap cerutu. Awalnya, Anna kira kurcaci itu laki-laki. Melihat dari pakaian yang dipakai, dan rambut pendeknya. Namun, saat Marrietta menyapa, ternyata kurcaci itu perempuan.

"Halo, Mrs. Lynde!"

"Mau apa seorang Putri Musim sepertimu datang kemari?" Si Kurcaci menurunkan cerutunya. Mata hitam menatap tak suka pada Marrietta.

"Kami ingin membeli bunga ogekalis," jawab Marrietta dengan senyum ceria. Aura musim panasnya memancar di saat yang bersamaan.

Kurcaci itu tertawa mengejek, ia tak menyangka kedatangan orang terkenal di Greina ternyata berniat membeli bunga ogekalis yang langka. Sudah banyak orang yang mencoba peruntungan mereka untuk membeli bunga langka itu, tetapi hanya segelintir orang beruntung saja yang bisa.

"Baiklah, baiklah. Kau punya apa, Tuan Putri?" Tangan kurcaci itu kembali bergerak, ia mengisap lagi cerutunya.

"Kristal ajaib elementalis, bagaimana?"

Si kurcaci terdiam mendengar jawaban Marrietta. Kristal ajaib elementalis hanya dimiliki oleh keluarga kekaisaran dan bangsawan elementalis tinggi di Greina. Benda itu dianggap memiliki kekuataan si elementalis, identitas sebagai bangsawan tinggi, kontrak pet contract, kunci portal, dan tentunya menjadi incaran di pasar gelap karena dianggap dapat menyembuhkan Magic Fever.

"Tidak. Harga kristal ajaib elementalis tidak sebanding dengan bunga ogekalis," ujar kurcaci itu sambil bersedekap.

Anna membelalak saat tawaran Marrietta ditolak, otomatis ia langsung mengeluarkan ponselnya. Benda pipih berwarna hitam menarik perhatian si kurcaci. "Bagaimana kalau ditukar dengan benda paling langka? Kau hanya bisa mendapatkan ini di London---maksudku dunia manusia."

"Benda apa itu? Apa kegunaannya?" tanya si kurcaci yang sudah memajukan tubuh. Tangannya bergerak seolah meminta barang itu.

"Ini benda ajaib di mana kau bisa menyimpan kenangan," ucap Anna penuh percaya diri.

Disodorkannya ponsel pada si kurcaci dengan harapan tawarannya diterima. Dirinya rela kehilangan ponsel di Wonderland asalkan adiknya selamat.

Saat telunjuk si kurcaci tak sengaja menekan tombol di samping ponsel, layar hitam itu menyala. Gambar tokoh laki-laki anime muncul di sana, lengkap dengan angka yang menunjukkan waktu London. Mata besar kurcaci itu membesar, ia bahkan menjengit saat melihat layarnya menyala sebelum mati lagi. Si kurcaci lantas meletakan ponsel secara hati-hati, ekspresi wajahnya tampak menimbang-nimbang.

"Masih tidak cukup," kata kurcaci hidung bengkok dengan keras kepala. Sementara Anna hanya mendengkus kesal. "Kau bisa ke dunia manusia untuk benda ini, tapi bunga ogekalis tidak bisa."

A Crown of SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang