XVI. ANNA SAILS TO SIREN BAY

74 15 34
                                    

Sepanjang perjalanan menuju pelabuhan, Anna sibuk mencari cara untuk keluar dari kereta pengangkut barang. Sayangnya tidak berhasil. Pintu itu hanya bisa dibuka dari luar, jadi ia tidak bisa berbuat banyak. Selama perjalanan itu Anna juga sibuk mencari tempat untuk sembunyi jikalau tiba-tiba saja kereta berhenti di pelabuhan. Peti-peti kayu yang ada di sana hanyalah berisi buah apel tidak segar.

Anna dengan ide sederhananya lekas mengambil apel tersebut dan membagikannya pada manusia di dalam kerangkeng. Mereka tentu saja senang menerima apel dan melahapnya dengan cepat. Anna juga memberitahu mereka untuk membuang bekas apel di pojokan tak terlihat, khawatirnya orang-orang dari Chrone itu mencurigai ada yang berhasil membuka peti buah.

Setelah setengah dari isi peti tersebut berhasil dikeluarkan, Anna lekas mencoba memasukinya. Jika dirasa belum cukup muat untuk tubuhnya, ia kembali menyodorkan apel-apel pada manusia yang meminta lagi.

Di dalam peti tersebut, Anna bersembunyi. Di atasnya tutup peti kayu sudah terpasang, ia bahkan bisa mengintip dari dalam. Celah-celah kecil tersebut membantunya untuk mengintip sekaligus bernapas, meski terasa agak sesak dan tidak nyaman.

Sesuai dugaan Anna, kereta pengangkut berhenti. Terdengar suara gembok dibuka, lalu cahaya masuk ke bagian dalam menandakan bahwa mereka telah tiba di pelabuhan. Orang-orang berbadan kekar mulai mengangkut satu per satu peti kayu, termasuk peti yang berisi Anna. Si pengangkut mengeluh karena peti yang dibawanya sangat berat, tidak menyadari bahwa di dalamnya ada seseorang.

Semua peti-peti itu dibawa masuk ke dalam kapal, lebih tepatnya ke ruang penyimpanan di dek bawah kapal tersebut. Anna dari dalam peti mengawasi sekitar. Ketika dirasa sudah aman untuk keluar, maka ia langsung membuka tutup peti. Perempuan itu lantas mengendap-endap menuju pintu, tetapi diurungkan karena rupanya ada beberapa pria yang berdiri di depan pintu ruangannya. Cepat-cepat ia mencari tempat persembunyian baru, meski untungnya para pria tadi tidak masuk ke ruangan tersebut.

Setelah sepi, Anna memutuskan untuk membuka pintunya. Beruntung, pintu itu tidak dikunci dan ia bisa mengendap-endap keluar. Meskipun harus berhati-hati agar tidak ketahuan oleh para kru kapal yang mondar-mandir, setidaknya Anna berhasil mencapai pintu keluar di dek atas. Namun, masalahnya adalah cara ia berlari menuju jembatan penghubung antara kapal dan dermaga.

Kepala Anna bergerak memperhatikan sekitar, setelah dirasa aman kakinya langsung saja berlari menuju jembatan kayu penghubung. Sayangnya, baru saja menginjak benda tersebut, mata hijaunya membelalak. Seorang pria bertubuh kekar berada di seberang jembatan, kali ini mereka saling menatap satu sama lain.

Anna menelan salivanya susah payah, ia tertangkap basah. Pria itu bahkan terlihat terkejut karena ada orang asing di kapalnya. Alhasil Anna mundur, hendak menghindar. Akan tetapi, ia lupa menyadari ada kru lain yang berada di belakangnya.

"Wah, ada tikus," ujar seorang pria kurus mengenakan jubah hitam. Pria itu tersenyum seperti orang gila.

Pria berbadan kekar langsung berjalan menghampiri Anna, wajahnya terlihat tidak ramah. Terlebih lagi warna mata semerah darah yang tampak menakutkan membuat Anna langsung ciut.

"Eh, i-itu ... aku salah naik kapal," kata Anna disertai gemetar. Sebab, si pria kekar tampak memelototinya.

"Ah, yang benar? Tadi kulihat kau berjalan keluar dari sana tuh," sahut si pria kurus sambil menunjuk pintu tempat Anna keluar tadi. "Kau kira aku tidak melihat?"

Mati aku! batin Anna sambil menegak salivanya sendiri.

"Jawab jujur. Apa yang kau lakukan di kapal kami?" tanya si kurus masih dengan senyum lebar yang terlihat mengerikan di mata Anna.

Karena Anna tak punya cara lain, maka ia pun berdalih dengan harapan lawan bicaranya akan percaya. "Tadi, kan, sudah kubilang aku salah naik kapal. Jadi, aku minta maaf karena masuk sembarangan."

A Crown of SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang