Enam (Terluka)

8.1K 396 2
                                    

Hakan kembali ke mansion setelah lama berkutat dengan pekerjaannya walaupun pikirannya masih di dominasi oleh Karina, istrinya.

Sekarang sudah pukul sepuluh malam, tapi Karina tak kunjung keluar dari kamarnya. Hakan lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Karina yang masih tertutup rapat.

Ia mengetuk pintu itu berkali-kali tapi tak kunjung ada sahutan dari sang empu.

"Julia!"

Wanita paruh baya itu terlihat tergopoh-gopoh menghampiri nya, "iya tuan, ada yang bisa saya bantu?"

"Ambilkan kunci cadangan kamar Karina."

"Sebentar tuan." Julia berbalik menuju lemari tempat kunci-kunci cadangan di mansion itu disimpan. Saat sudah menemukan kunci itu, wanita paruh baya itu lalu menyerahkannya pada Hakan.

Hakan langsung mengambil kunci itu dan membuka pintu kamar Karina dengan sedikit tergesa-gesa.

"Nyonya!!"

Betapa terkejutnya Hakan saat melihat Karina yang menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang dengan darah menetes dari pergelangan tangannya serta lantai yang terdapat tetesan darah kering yang ia bisa dipastikan bahwa itu adalah darah milik Karina.

Hakan langsung menghampiri Karina yang masih memejamkan kedua matanya, Hakan meraih tubuh istrinya dan menepuk pipi wanita itu pelan.

"Karina! Bangun Karina!"

"Bi Julia telfon Dokter Frans dan suruh dia kemari dalam 10 menit!"

"Baik tuan."

Hakan merebahkan tubuh istrinya, ia lalu melihat pergelangan tangan istrinya dan seketika rahangnya mengeras saat mendapati beberapa jahitannya terlepas dan ada luka memar dikedua pergelangan tangan istrinya.

"Darren brengsek." Desisnya penuh emosi.

Pria itu sesekali memanggil nama Karina sembari terus menepuk-nepuk pipi tirus istrinya walaupun kedua mata sembab istrinya tak kunjung terbuka.

"Apa yang telah disampaikan pria itu sampai membuatmu seperti ini Karina?" Bisiknya sembari mengelus surai Karina pelan.

Tak sampai sepuluh menit dokter Frans datang dengan langkah terburu-buru menuju kamar Karina. "Jahitannya lepas." Ujar Hakan yang dibalas anggukan oleh dokter Frans.

Dokter Frans langsung melakukan penanganan pada Karina walaupun sorot mata tajam kini mengawasinya seolah-olah akan menerkamnya kapan saja.

"Lukanya dibiarkan terbuka dalam waktu yang lumayan lama, sehingga membuat darahnya keluar dalam jumlah yang tidak wajar." Jelas dokter Frans yang hanya dibalas anggukan oleh Hakan, pandangan pria itu tak lepas dari Karina yang masih enggan untuk membuka matanya.

"Kapan dia akan bangun?"

"Mungkin dua jam lagi tuan."

Setelah dirasa sudah selesai, dokter Frans lalu merapikan alat-alat medis miliknya dan berjalan menghampiri Hakan. "Pergelangan tangannya lebam, tebus obat ini dan pakaikan pada nona Karina." Ucap dokter Frans sembari memberikan resep dokter pada Hakan.

"Terimakasih."

"Sama-sama tuan, saya permisi."

Hakan lalu memberikan resep dokter itu pada Julia. Jujur saja pria itu cemas saat mendapati istrinya terluka seperti ini, itu mengingatkannya pada kejadian tempo hari saat Karina mencoba menyakiti dirinya sendiri akibat Hakan menghalanginya bertemu dengan Darren.

Hakan menghela nafas panjang, ia lalu mendekati ranjang Karina dan mengelus pipi tirus wanita itu lembut seolah Karina adalah sebuah porselen yang mudah hancur.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang