tiga puluh lima (harapan)

2.3K 167 14
                                    

Karina membuka kedua matanya perlahan saat mendengar suara berdecit dari pintu.

"Selamat pagi nyonya." Sapa seorang perawat sambil mendorong troli yang diatasnya terdapat beberapa hidangan makanan diatasnya. Karina hanya mengangguk sembari mencoba untuk duduk dengan dibantu oleh suster yang memakai kacamata bundar tersebut.

"Saya membawakan sarapan untuk nyonya, jadwal sarapannya sampai pukul delapan nanti. Jadi mohon dihabiskan ya nyonya." Ucap wanita itu dengan ramah terlihat dari senyumannya yang terlihat hangat.

Karina hanya tersenyum tipis dengan mata yang terus mencari keberadaan suaminya. "Umm, terimakasih nurse, tapi apa anda melihat suami saya?"

"Tuan sedang berada diluar nyonya, tuan berpesan untuk memberi tahunya jika anda sudah bangun." Jawabnya sopan.

"Baiklah, saya permisi nyonya. Jangan lupa untuk sarapan nyonya Robinson." Wanita itu menunduk dan kemudian pergi meninggalkan Karina yang masih terlihat pucat walau hidung dan mulutnya tak lagi ditutupi oleh alat bantu pernafasan.

Karina mencoba untuk turun dari ranjang dengan perlahan. Saat kakinya sudah menapak di lantai yang terasa dingin, ia kemudian menggenggam tiang infusnya dan berjalan dengan pelan karena kepalanya masih terasa pusing.

"Honey what are you doing?" Tubuh Karina sontak terhuyung saat suara yang tiba-tiba saja menyapa gendang telinganya, untung saja tubuh Karina dapat ditahan sehingga dia tidak terjerembab ke lantai.

Wanita bermanik almond itu seketika mendongak dan langsung dihadapkan dengan raut khawatir Hakan yang terlihat samar diwajahnya yang kaku.

"Kemana saja?" Tanya Karina.

"Aku diluar bersama Bram, apa kamu menginginkan sesuatu? Apa ada yang terasa sakit? Apa dadamu sesak lagi? Ap-"

"Aku ingin ke toilet Hakan." Potong Karina saat di hujani pertanyaan oleh suaminya, jujur ia sedikit kaget saat Hakan yang awalnya sangat minim bicaranya ternyata menjadi cerewet seperti ini.

"Okay let me help you." Jawab Hakan sambil memapah istrinya untuk berjalan menuju toilet yang tak jauh dari ranjang Karina.

Saat Karina sudah berada dalam toilet pria itu masih diam sambil menatap istrinya lamat.

"Hei, kenapa masih disini?" Tanya Karina bingung.

"Aku hanya ingin menemani mu." Jawab Hakan enteng.

"Aku tidak apa-apa, keluarlah dulu." Ujar wanita bermanik almond itu sembari mendorong tubuh tegap suaminya pelan.

"Kamu tak apa?"

Karina menghela nafas jengah. "I'm okay hubby, jika sudah aku akan memanggilmu. Okay?" Hakan manggut-manggut dan kemudian keluar dari toilet, tak lupa dengan kecupan singkat di kening istrinya.

Baru empat menit Karina didalam toilet tiba-tiba suara Hakan kembali terdengar.

"Honey, are you done? Everything's fine?" Karina yang sedang mencuci muka di wastafel hanya terkekeh pelan. "Aku tak apa sayang, aku sedang mencuci muka. Wajahku benar-benar kusam." Jawabnya sambil mematut dirinya didepan cermin. Bisa ia lihat wajahnya yang sedikit pucat dengan kelopak mata yang sedikit bengkak.

Setelah mengeringkan wajahnya yang basah dengan tissue, Karina keluar dari toilet dan menampakkan Hakan yang kini sudah berdiri didepannya.

Pria bersurai gelap itu kemudian menggenggam tangan dingin Karina dan memapahnya untuk kembali keatas ranjang.

Saat tubuh Karina sudah kembali terbaring di atas ranjang, Hakan mengelus puncak kepala istrinya lembut dan kemudian memberikan kecupan singkat di kening dan bibir pucat istrinya. "How do you feel?" Tanya Hakan dengan mata yang tak kunjung beralih dari wajah istrinya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang