Tiga puluh dua (Khawatir)

1.7K 160 5
                                    

"I'm sorry Karina." Suara itu diiringi dengan usapan lembut pada surai legam favoritnya.

Helaan nafas kasar keluar begitu saja dengan kedua matanya yang dia pejamkan sesaat.

Beberapa jam yang lalu Hakan dibuat gusar saat suara Julia menyapa telinganya.

Flashback on

"Honey."

"Honey are you there?"

Hakan merasa ada yang tak beres dari Karina yang tidak merespon perkataannya, yang ia dengar hanya suara pintu digedor-gedor dengan keras, hingga suara Julia yang berteriak memanggil nama Karina menyapa telinganya.

"Karina?"

"Karina jawab aku!"

'Tu-tuan ini saya Julia, nyo-nyonya tuan...'

'Nyonya pingsan tuan, mulut dan hidungnya mengeluarkan darah.'

Flashback off

Setelah satu jam lebih Karina ditangani oleh dokter, akhirnya wanita itu sudah berada di ruang rawat inap dengan alat bantu pernafasan yang menutupi hidung dan mulutnya.

Dokter mengatakan bahwa Karina telah mengonsumsi racun dalam dosis kecil hingga membuatnya punya kemungkinan yang besar untuk kembali pulih.

'Mungkin orang yang memberi istrimu racun tidak ingin membuatnya tiada.'

Seketika teringat olehnya perkataan dokter Tirta yang menangani istrinya.

Sudah dipastikan istrinya seperti ini akibat teh yang baru saja wanita itu minum. Oleh sebab itu Hakan menyuruh Bram untuk menangani Freya yang menjadi alasan dibalik kondisi Karina sekarang.

Ia sendiri yang akan memberi pelajaran pada Freya. Namun bukan sekarang waktunya, karena untuk saat ini Karina lah yang menjadi prioritasnya.

Ia tidak ingin meninggalkan Karina disaat seperti ini.

Ia lihat jam dinding yang menunjukkan pukul tiga dini hari dan istrinya masih setia terpejam.

Tangan kiri Karina yang terasa dingin ia genggam dengan erat guna menyalurkan kehangatan, sesekali ia kecup punggung tangan itu dengan lembut.

"Bangunlah, bukankah kamu merindukanku?" Ujar Hakan yang kemudian mengecup puncak kepala istrinya lama.

Dua jam berlalu dan Hakan masih setia menemani istrinya dengan mata yang terus memandangi istrinya yang masih terlelap.

Sampai akhirnya ia lihat kelopak mata almond itu perlahan-lahan terbuka.

Seketika pria itu bangkit dari posisinya dan kemudian mengelus rambut istrinya dengan pelan.

Dapat Hakan lihat istrinya itu menatapnya dengan mata yang setengah terbuka seolah belum sadar sepenuhnya.

Tanpa berbicara sepatah katapun Karina menarik tangan Hakan yang sedang mengelus rambutnya lalu memeluk tangan itu dengan kedua mata yang kembali terpejam.

Hakan yang sedang membungkukkan badannya melihat itu langsung memeluk tubuh istrinya walau tak begitu erat. Dapat ia dengar suara alat bantu pernafasan yang mengisi keheningan diantara mereka berdua.

"Maafkan aku." Lirih Hakan tepat ditelinga kanan Karina.

Seketika ia merasakan sebuah elusan pelan pada lengan kirinya.

Pria berbadan tegap itu kemudian melepas pelukannya dan kembali menatap wajah pucat itu dengan dalam. Ia sampirkan beberapa helai rambut sang istri kebelakang telinganya dan mengecup kening Karina untuk kesekian kalinya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang