Sepuluh (anak)

7.6K 339 2
                                    

Karina menghela nafas panjang dengan kedua mata yang terpejam. Tubuhnya terasa remuk, ia pikir setelah menghabiskan waktu di dalam bathtub ia akan menjadi lebih bertenaga, ternyata malah sebaliknya. Hakan seolah tak pernah puas dengan nya, ia benar-benar menghabisi dirinya seolah tak ada hari esok.

Terlebih ini adalah pertama kalinya ia melakukan hubungan suami istri. Di kehidupan sebelumnya ia memang pernah melakukan itu namun sayangnya bukan bersama Hakan melainkan Darren, itupun saat ia setengah sadar karena ia dan Darren dalam keadaan mabuk.

Ah, mengingat hal itu saja membuat Karina ingin muntah.

Tapi Karina akui, setiap sentuhan yang Hakan berikan padanya begitu lembut dan penuh dengan tatapan memuja.

Seketika pipinya menghangat saat mengingat betapa... Ah tidak otak Karina benar-benar kotor sekarang.

Krukk

Suara itu berasal dari perut Karina yang lapar, ia lirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ia merutuki dirinya sendiri yang sudah melewatkan sarapan, ditambah dengan Hakan yang pergi entah kemana.

Ia ingin sekali menuju ke ruang makan tapi tubuhnya seolah berkata lain, tubuhnya terasa remuk.

"Aku lapar.." lirihnya dengan wajah yang sudah bersiap untuk menangis.

Kepalanya menoleh menuju pintu kamar yang kini terbuka lebar, menampilkan pelaku utama yang berhasil membuatnya lemah tak berdaya diatas ranjang.

Pria itu membawa nampan berisi makanan yang membuat Karina tersenyum lebar.

"Akhirnya..." Lirih Karina yang kini menatap nampan itu penuh harap.

Hakan meletakan nampan itu diatas nakas, "Makanlah, anggap saja ini permintaan maafku karena membuatmu tidak bisa berjalan." Ujar Hakan tak lupa dengan kecupan singkat di bibir tipis istrinya.

Wanita itu meraih roti lapis itu dengan cepat. "Itu tidak sepadan." Sanggah Karina ketus.

Pria berbadan tegap itu terkekeh pelan, "Lalu apa yang kamu inginkan honey?"

Karina menyembunyikan senyumannya saat mendengar panggilan baru Hakan untuknya, itu membuat kupu-kupu diperutnya beterbangan.

Ia menghabiskan roti lapisnya dengan cepat, sebuah gelas berisi air putih Hakan sodorkan padanya yang langsung disambut oleh Karina. Ia teguk air didalam gelas itu hingga tandas.

Tangan besar itu tiba-tiba mengusap sudut bibir Karina pelan. "Makannya pelan-pelan saja, aku tidak akan merebut makananmu." Karina hanya mendengus saat mendengar ucapan Hakan.

"Kamu akan mengabulkan apapun yang aku inginkan?" Tanya Karina yang langsung di balas dengan anggukan oleh suaminya.

"Asal itu tidak pergi dariku, akan aku usahakan."

Sudah ia tebak bahwa suaminya akan berkata seperti itu.

Karina hanya terkekeh pelan, "Tidak, untuk sekarang aku tidak menginginkan itu. Ak-"

"Apa maksudmu dengan untuk sekarang?" Suara pria itu sekarang begitu ketus dengan mata yang menatap Karina tajam.

"Hahahaha aku hanya bercanda Hakan, kamu begitu mengerikan!" Karina tertawa dengan tangan yang mengelus rahang suaminya pelan.

"Sekarang kamu sudah berani denganku, how dare you honey?" Karina terkejut saat tiba-tiba pria itu menggelitik dirinya sehingga membuat Karina terlentang diatas ranjang dengan tawa yang semakin lama semakin keras.

"Hahahaha Hakan sudah Hahahaha sudah maafkan aku Hahahaha." Pekik Karina disela tawanya, Akhirnya pria itu telah berhenti menggelitik Karina walaupun pria itu kini memeluknya dengan erat hingga membuat tubuh Karina tenggelam didalam dekapannya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang