Dua puluh sembilan (sick)

4.6K 255 5
                                    

Hakan masuk kedalam mansion dan mengernyit saat tak mendapatkan Karina yang biasanya akan menyambut dirinya saat pulang.

Setelah kejadian sepulang pesta kemarin, Hakan memilih untuk meninggalkan Karina yang sedang terlelap di kamar mereka dan pergi ke markas hingga keesokan harinya tanpa memberi kabar pada sang istri.

Ia lirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam.

"Dimana Karina?" Tanyanya pada Julia dan beberapa maid yang berjalan tergopoh-gopoh kearahnya.

"Maaf tuan, nyonya saat ini demam dan sedang beristirahat di kamar." Jawab Julia yang membuat Hakan menaikkan kedua alisnya.

"Kenapa tidak mengabari saya?"

"Maaf tuan, saya sudah menelpon anda berkali-kali tapi tidak diangkat. Saya juga sudah mengabari Bram soal ini."

Hakan melirik Bram yang menundukkan kepalanya. Ia tak bisa menyalahkan Bram karena dirinya menyuruh pria itu untuk tidak mengganggunya dalam satu hari ini.

Pria itu lalu menghela nafas berat.

Tanpa mengatakan apapun, ia memilih untuk berjalan menuju kamarnya dengan langkah cepat.

Ia buka pintu besar itu dan menampakkan Karina yang terlelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga sebatas dada.

Hakan berjalan perlahan kearah ranjang lalu mengelus kening sang istri yang terasa panas berkeringat.

Ia kemudian mengecup puncak kepala sang istri dengan lembut.

"Darimana saja?" Suara itu terdengar serak dan lirih ditelinga Hakan.

Pria itu lalu mengalihkan pandangannya pada wajah Karina yang kini menatapnya dengan tatapan sayu.

"Maafkan aku.." Ujar pria berbalut kemeja hitam yang kembali mengecup puncak kepala istrinya lama.

"Aku sakit..." Lirih Karina lagi dengan air mata yang berkumpul di pelupuk matanya.

Ia sedih saat ia terbangun dan tidak mendapati Hakan disampingnya.

Padahal ia berharap ada suaminya yang akan menemaninya saat sakit seperti sekarang.

Dikarenakan ia terguncang akibat kejadian tempo hari membuat dirinya seketika jatuh sakit. Untung saja ada Julia dan para maid yang dengan cepat mengetahui kondisinya dan memanggil dokter serta membantunya makan dan minum obat.

Padahal Karina hanya ingin ada Hakan disampingnya.

Katakanlah dirinya manja, Karina tak peduli.

Dapat ia rasakan sebuah kehangatan melingkupi tubuhnya. Karina hanya diam tak berkutik saat tangan besar itu mengelus punggungnya dengan pelan disertai dengan kata maaf yang Hakan bisikan berkali-kali ditelinganya.

Wanita bersurai legam itu menghela nafas lelah dan memilih untuk menyandarkan kepalanya yang terasa berputar-putar di dada suaminya.

"Jangan tinggalkan aku lagi, aku takut Hakan.." Karina berucap dengan suara yang begitu lirih hingga tiba-tiba saja kegelapan menyambut kedua netra Almond miliknya.

•••

Jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi tapi Karina masih enggan membuka kedua manik indahnya.

Sedangkan Hakan yang bersandar pada kepala ranjang sibuk memperhatikan wajah damai istrinya sembari mengelus surai lembut milik Karina pelan.

Saat mendapati istrinya pingsan dalam dekapannya, Hakan seketika dibuat panik dan langsung menghubungi dokter walaupun Julia mengatakan bahwa dokter sudah memeriksa kondisi Karina sebelumnya, namun tetap saja pria itu tak memperdulikannya.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang