Dua belas (marah)

5.8K 298 5
                                    

"Ya, apa kamu akan marah padaku sekarang?"

Terdengar sangat percaya diri dan tanpa ada rasa bersalah disana.

"Kenapa?"

"Bajingan itu membuatmu terluka." Balasnya ketus.

Sudut bibir Karina naik keatas saat kedua manik tajam itu tak lagi beradu tatap dengannya.

"Hanya karena itu?" Tanya Karina menggoda Hakan yang seolah merajuk padanya.

"Aku membencinya, apa itu sudah cukup untuk menjadi alasannya Karina?" Balas Hakan yang kini sudah menghadap kearahnya. Tak lupa dengan kedua mata Obsidian yang kini seolah dapat menusuk mata Karina kapan saja.

Tangan Karina terangkat menyentuh rahang tegas suaminya yang kini terlihat menegang. "Terima kasih." Ujar Karina lalu tersenyum simpul.

"Kamu tidak marah?" Tanya Hakan kemudian.

Karina menggeleng, "Pria itu jahat dan kurasa sudah saatnya ia mendapatkan ganjarannya." Kata Karina yang kini membelai rahang Hakan lembut.

"Aku baru tahu ternyata-"

"Dia menginginkan perusahaan papa berada ditangannya, dia tidak mencintaiku Hakan. Dia hanya ingin mengambil aset yang merupakan warisan dari papa, dia benar-benar bertekad untuk melebihi dirimu."

Betapa terkejutnya Karina saat suaminya itu tertawa, itu bukan tawa Bahagia dan Karina tahu itu.

"Ridiculous." Satu kata dari Hakan membuat Karina ikut tertawa.

Karina baru sadar, melebihi Hakan? itu terdengar seperti mimpi, benar-benar mimpi.

"Kuharap dia tidur dalam waktu yang lama agar mimpinya itu menjadi kenyataan." Ujar Hakan yang membuat Karina kembali tertawa.

Wanita itu menepuk lengan suaminya pelan. "Terdengar sarkas." Sindir Karina.

"Sudah terlalu malam untukmu di luar, ayo masuk." Alih Hakan lalu menggendong tubuh istrinya ala bridal style.

"Hakan." Pria itu menatap kearah Karina yang berada di gendongannya.

"Bagaimana dengan perusahaan papa? Apa kamu tidak kewalahan mengurusnya?" Tanya Karina yang kini sudah diturunkan dari gendongan suaminya.

Pria itu menggeleng, "Semuanya berjalan dengan baik, ada apa?" Tanya pria itu balik.

"Maaf membuatmu harus mengurus perusahaan papa juga, kamu pasti kewalahan." Jawab Karina sambil memainkan jari-jarinya.

Wanita itu mendongak saat merasakan usapan lembut di puncak kepalanya. "Tidak, apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Aku hanya tiba-tiba kepikiran."

"Perusahaan itu berjalan dengan baik, ada orang yang aku utus untuk mengurus perusahaan papamu. Benedict namanya, dia adalah salah satu orang kepercayaan ku dan dia menangani setiap masalah di perusahaan dengan baik. Aku hanya mengecek sesekali, jadi tidak perlu khawatir." Jawaban dari Hakan membuat Karina menghela nafas lega.

Ia pikir Hakan akan bolak-balik mengurus perusahaan ayahnya dan juga perusahaannya sendiri. Membayangkan saja sudah membuat Karina kewalahan.

"Mengkhawatirkan ku?" Tanya Hakan yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Karina.

"Tentu saja, jika kamu sibuk bekerja maka kamu tidak akan ada waktu bersamaku." Gerutu Karina yang membuat suaminya mencium wanita itu gemas. "Selalu ada waktu untukmu honey." Balas Hakan yang membuat Karin tersipu.

"Kalau begitu apakah aku boleh ke toko kue ku besok?" Tanya Karina dengan mata yang berbinar-binar.

"Tidak." Jawab Hakan mutlak.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang