Lima belas (Darah)

4.9K 261 3
                                    

Karina menyandarkan punggungnya pada sofa, sesekali ia mengucek matanya agar tetap terjaga. Ia lihat layar ponselnya yang menunjukkan pukul setengah satu dini hari tapi pria yang berstatus suaminya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Ia lalu bangkit dan berjalan bolak balik di ruang tamu agar matanya tidak mengantuk. Setelah rasanya tidak begitu mengantuk, Karina lalu kembali duduk di sofa sambil sesekali melirik layar ponselnya.

Saat melihat pintu masuk itu terbuka Karina langsung berjalan mendekat dan menampakkan suaminya yang berpenampilan sedikit berantakan dengan kedua lengan kemeja hitamnya yang digulung asal tak lupa dengan rambutnya yang sedikit berantakan namun malah menambah ketampanan sosok Hakan dimata Karina.

"I miss you." Ucap Hakan mendekat dan ingin memeluk tubuh Karina.

Namun wanita itu malah mundur beberapa langkah dengan kening yang berkerut.

"Kamu bau darah, bersihkan dirimu." Ujar Karina lalu pergi meninggalkan Hakan yang masih terpaku di posisinya.

•••

Karina merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Pikirannya berkecamuk saat mengingat kejadian diruang tamu tadi, saat ia melihat Hakan rasanya ia ingin memeluk tubuh kekar itu erat. Namun ia terkejut saat samar-samar mencium aroma anyir dan ia tahu bahwa itu adalah bau darah.

Entah apa yang dilakukan suaminya itu, Karina tahu pasti seorang pemimpin klan mafia sering melakukan hal-hal berbau darah seperti ini. Namun Karina tidak bisa mengelak dari keterkejutannya.

Ia sedikit shock saat mencium aroma yang sama saat kecelakaan yang membuat dirinya dan anak yang Karina kandung tiada. Aroma itu begitu kentara dan darah itu melingkupi seluruh tubuhnya, mengingat itu saja sudah membuat Karina sesak.

Saat mendengar langkah kaki mendekat dari belakang, Karina mencoba untuk menutup kedua matanya.

Aroma sabun menyeruak di hidungnya. Hakan, pria itu kini sudah merebahkan tubuhnya dengan mata yang melirik Karina yang membelakanginya.

"Apa aku sudah bisa memelukmu?" Kedua mata Karina langsung terbuka saat mendengar pertanyaan itu.

Wanita itu enggan menjawab, "Aku sudah membersihkan tubuhku, aku merindukanmu Karina." Sambung Hakan yang terdengar putus asa ditelinga Karina.

Karina menghela nafas panjang, ia lalu membalikkan tubuhnya dan menghadap Hakan dengan rambutnya yang masih basah.

"Rambutmu basah, biar aku bantu keringkan." Ucap Karina lalu bangkit dari ranjang dan pergi mengambil hairdryer.

Ia mencolokkan kabel hairdryer itu pada stop kontak yang ada di atas nakas. Pria berbadan besar itu duduk bersila dilantai samping ranjang dengan Karina yang kini sudah sibuk mengeringkan rambutnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Tangan lentik itu sesekali memberikan pijatan di kulit kepala Hakan yang membuat pria itu rileks.

"Kamu marah?" Tanya Hakan yang tidak dijawab oleh istrinya.

Karina hanya diam, namun kemudian ia bersuara. "Sebenernya apa yang sudah kamu lakukan Hakan?" Tanya Karina dengan nada yang dingin.

Tangan besar itu meraih tangan Karina yang menyugar rambutnya.

"Tanpa aku beritahu kamu pasti sudah tahu jawabannya Karina." Jawaban itu terdengar berbelit-belit ditelinga Karina.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang