Dua puluh tiga (Kevin)

2.8K 172 1
                                    

Sepertinya hari-hari biasanya di mansion, Karina menghabiskan waktunya di taman bunga dengan ditemani segelas teh hangat dan juga kue kering favoritnya.

Ia bersenandung pelan sambil menikmati pemandangan pohon-pohon dengan bunga mawar yang bermekaran.

Balas dendam.

Itu yang sekarang terlintas di kepalanya. Sejak kecelakaan yang menimpa Darren waktu itu, dirinya benar-benar tak ingin lagi mengetahui bagaimana kabar pria itu

Dirinya akui bahwa dia sangat payah karena sampai sekarang masih ada rasa takut dan trauma yang menyelimuti hatinya. Rasanya enggan untuk berurusan atau hanya melihat pria brengsek seperti Darren.

Tapi di dalam relung hatinya, Karina merasa dendam dan ingin pria itu merasakan rasa sakit yang dia dan calon anaknya rasakan.

Tapi..

Ia merasa bahwa semua ini salahnya.

Kehilangan dan rasa sakit itu seolah menjadi karma yang menampar habis dirinya.

Kata 'andai' selalu saja terlintas di kepalanya.

Andai saja dirinya tidak bodoh.

Andai saja dirinya tidak buta.

Andai saja dia tahu hal ini lebih cepat.

Namun semuanya sudah berlalu.

Dan lihatlah sekarang, tuhan sangat baik hingga memberikan kesempatan kedua pada manusia yang tidak tahu terimakasih seperti dirinya.

Karina menatap layar ponselnya dengan foto dirinya bersama Hakan yang menjadi wallpaper layarnya.

Ia mengetik sesuatu di bagian kolom pencarian dan kemudian keningnya mengernyit.

*Seorang pebisnis muda mengalami kecelakaan tunggal di tol X*

*Darren Cashel mengalami koma akibat ...*

Berita-berita itu memenuhi layar gawai nya. Mata Karina bergulir menatap rentetan artikel-artikel dan sampai pada sebuah artikel yang menarik perhatiannya.

*Direktur Koma, Cashel Company umumkan kebangkrutan*

Karina membaca artikel itu dengan lamat. Cashel Company, perusahaan keluarga Darren yang bergerak di bidang properti dan berada dibawah kepemimpinan Darren si pewaris tunggal.

Ia tidak menyangka jika perusahaan itu akan bangkrut.

Di kehidupan sebelumnya dirinya yakin betul bahwa perusahaan itu baik-baik saja, karena ia tahu bahwa Darren akan berusaha keras untuk memajukan perusahaannya.

Dan pria itu sangat berambisi menjadi seperti Hakan.

Wanita itu mendecih, mungkin pria itu harus lembur pontang-panting selama bertahun-tahun untuk bisa menjangkau suaminya. Karena perusahaan Darren benar-benar jauh dibawah perusahaan milik Hakan.

Ia kemudian mematikan layar ponselnya dan menyeruput teh yang kini sudah tak lagi panas.

Tidak perlu diberitahu Karina juga sudah tahu siapa dibalik ini semua.

Siapa lagi kalau bukan Hakan.

Karina menghela nafas lega, setidaknya pria itu sudah hancur tanpa dirinya harus repot-repot mengurus pria bajingan seperti Darren.

'thanks hubby, you are the best!' batin Karina sambil tersenyum senang.

Karina mengedarkan pandangan kebelakang dengan beberapa maid dan bodyguard yang lalu lalang sambil tak lupa menunduk hormat pada Karina.

Ia terkejut saat melihat seseorang yang ia kenal di antara beberapa orang maid yang kini berjalan melewati jalan itu.

Mereka bertiga yang membawa alat-alat kebersihan menunduk, "Permisi nyonya." Ucap mereka sopan.

"Tunggu!" Karina berdiri dan berjalan menghampiri mereka yang kini mematung dengan kepala yang menunduk.

"Kamu, bukankah kamu maid yang ada di London waktu itu?" Tanya Karina pada seorang yang maid yang berada ditengah ketiga maid itu.

Gadis muda itu kemudian mengangkat kepalanya dan seketika tatapan beradu dengan kedua manik almond Karina.

"Benar nyonya." Jawabnya kemudian kembali menunduk.

"Saya menggantikan maid Dea nyonya, dia sedang sakit sekarang." Sambungnya.

Karina hanya menganggukkan kepalanya mengerti. "Kalian tidak perlu takut seperti itu, angkat kepala kalian." Ujarnya sambil memegang pundak ketiga maid itu satu persatu.

"Baik nyonya." Jawab mereka serempak.

"Siapa namamu?" Tanya Karina.

"Saya Freya nyonya." Jawab maid muda itu dengan sopan.

"Baiklah kalau begitu, kembalilah bekerja."

"Baik nyonya, kami permisi."

Karina kembali duduk ke tempatnya semula. Ada perasaan sedikit curiga saat melihat gadis muda itu, tapi ia berusaha untuk tidak memperdulikannya.

Toh, hanya seorang maid biasa.

Pandangannya beralih pada langit biru yang dihiasi awan putih yang seolah membawa hawa sejuk dan tenang baginya.

"Aku tidak tahu bahwa ada seorang bidadari di mansion ini."

Wanita dengan balutan gaun berwarna cokelat susu dengan panjang selutut itu menoleh ke sumber suara.

Keningnya mengernyit, saat sosok itu itu berjalan mendekat Karina sudah memasang gestur waspada.

"Siapa kamu?" Tanya Karina pada pria dengan setelan santai dan juga tato yang memenuhi lengan kirinya.

Dimana para bodyguard yang banyak itu sampai membiarkan seorang oria asing masuk kedalam mansion Hakan.

Pria itu bukannya takut malah tertawa dengan kaki yang melangkah semakin dekat menuju Karina yang sudah berdiri.

Dia tetap melangkahkan kakinya mendekat dan mengambil posisi duduk di bangku sebelah tempat duduk Karina.

Karina hanya terpaku menatap pria bertato yang kini memakan kue kering nya tanpa permisi.

"Tidak terlalu manis, tapi saat melihat mu rasanya jadi pas." Karina menganga saat pria itu tersenyum lebar padanya.

"Berhenti menatapku seperti itu, kau membuatku muak."

Suara jengah itu, Karina mengingatnya.

Kevin!

Sahabat Hakan yang sangat membencinya. Dulu ia pernah bertemu sekali dengannya dan pria itu malah menghadiahi dirinya dengan ribuan umpatan.

"Apa yang kau lakukan disini Kevin?" Tanya Karina sinis dengan tetap berdiri di posisinya.

Kevin menaikkan bahunya, "Bukan urusanmu." Jawabnya cuek.

"Hei apa yang kau lakukan di mansion suamiku?" Tanya Karina lagi yang menatap Kevin tajam.

Pria itu seketika tergelak, "Suamiku? Ah sepertinya kotoran telingaku terlalu banyak." Ujarnya sambil mencongkel telinganya sendiri yang membuat Karina memasang muka jijik.

"Duduk lah! Kau seperti pembantu jika terus berdiri seperti itu." Sambung Kevin yang membuat Karina murka.

"Mulutmu itu benar-benar..!"

Karina mencoba untuk menghela nafas panjang dan duduk di kursi yang berada disebelah Kevin.

"Sekarang apa maumu?"

"Membunuhmu."

••••

Janlup 🌟 nya yaw luv!!

Next chapter??

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang