Enam belas (her)

4.5K 265 3
                                    

Tak terasa air mata sudah mengalir di pipinya walau kedua maniknya masih setia menatap foto pernikahannya dan juga Hakan.

Benar kata ayahnya, suatu saat Karina akan menyadari bahwa Hakan adalah pria yang terbaik baginya walaupun itu di detik-detik ajal menjemputnya.

Ia usap pipinya pelan guna menghapus sisa air mata di pipinya sambil tersenyum simpul.

Karina kemudian berlalu keluar dan berkeliling sembari menghirup udara segar yang begitu menenangkan, sesekali ia berpapasan dengan bodyguard dan maid yang menunduk hormat padanya.

Langkahnya terhenti disebuah taman yang dipenuhi oleh mawar merah. Ia tak yakin bahwa di kehidupan sebelumnya ada taman ini di mansion, atau mungkin lebih tepatnya Karina tidak peduli.

Sebuah senyuman terbit dibibir Karina, ia lalu duduk disebuah bangku taman yang ada disana. Matanya tak berpaling dari hamparan bunga mawar yang memanjakan matanya.

Hakan, pasti pria itu dibalik taman bunga indah ini.

Kedua maniknya lalu beralih pada air mancur yang suaranya membuat wanita yang mengenakan baju piyama itu menjadi rileks.

Inilah yang Karina butuhkan, sebuah ketenangan yang dapat meredam perasaan gundah yang melingkupi pikiran dan hatinya. Mulai sekarang taman ini akan menjadi tempat favorit Karina.

Tak terasa matahari sudah mulai memperlihatkan cahayanya namun Karina masih enggan untuk kembali ke kamar.

"Sudah merasa lebih baik?"

Karina seketika menoleh ke sumber suara. Hakan, pria itu berjalan mendekat dengan setelan santainya.

Wanita bersurai gelap itu hanya mengangguk dan kemudian pandangannya beralih pada hamparan mawar didepannya.

Tanpa permisi pria itu duduk di samping Karina. Sedangkan wanita disebelahnya tak melirik Hakan barang sedikitpun.

"Aku tidak tahu ada taman bunga mawar disini." Ujar Karina buka suara.

"Taman ini sudah lama ada." Wanita itu menoleh kearah Hakan. "Sejak kapan?" Tanya Karina lagi.

"Sejak awal kita menikah."

Seketika Karina tertegun. Ia begitu tidak peduli dengan sekitarnya sampai ia tidak tahu ada taman seindah ini di mansion Hakan.

"Hah, maafkan aku." Lirihnya sambil menunduk.

Tangan besar itu mengelus surai Karina lembut.

"You like it?"

"Sangat." Jawab Karina sambil memperlihatkan senyumnya pada Hakan. "Terimakasih." Lanjut Karina yang sudah menghadap suaminya.

Pria itu hanya tersenyum tipis dengan tangan yang kini turun mengelus pipi istrinya. "My pleasure." Jawabnya.

"Masih marah?" Tanya Hakan yang membuat Karina seketika menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak marah." Ujar Karina jujur.

"Aku hanya terkejut, untuk kedepannya jangan seperti itu lagi ya?" Lanjut Karina yang kemudian sedikit kaget saat dirinya kini sudah berada didalam dekapan suaminya.

"Maaf." Ucap Hakan yang membuat Karina menggelengkan kepalanya didalam dekapan Hakan. "Tidak perlu minta maaf." Jawab Karina yang kini mengeratkan pelukannya sembari mengelus punggung suaminya pelan.

•••

Satu minggu penuh sudah Karina habiskan untuk istirahat di mansion, dan sekarang ia memutuskan untuk pergi ke toko kue nya untuk mencoba beberapa varian baru yang akan di jual di toko kue miliknya nanti.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang