Dua puluh lima (Sabrina)

3K 172 4
                                    

"Tidak bisa nona, sebaiknya anda kembali sebelum saya memanggil security untuk membawa anda keluar dari sini." Ujar Zein pada seorang wanita yang berada didepannya.

Wanita itu menghela nafas panjang dengan kedua mata yang terpejam sesaat. "Saya mohon izinkan saya masuk, katakan pada Hakan bahwa ini adalah kali terakhir saya kemari." Pinta wanita dengan setelan jas berwarna abu-abu tua dengan rambut pirang yang digerai.

Zein terdiam sejenak, "Baiklah nona, tetaplah disini. Saya akan menyampaikan ini pada tuan." Ia lalu pergi masuk kedalam ruangan milik Hakan.

Wanita itu mengangguk sembari tersenyum tipis, kedua tangannya mencengkram pegangan tas mahalnya sambil menggigit bawah bibirnya gugup.

Tak lama Zein keluar dari ruangan Hakan dengan menampilkan Sabrina yang kini menatapnya dengan penuh harap.

"Bagaimana? Apa saya boleh masuk?" Tanya Sabrina.

Pria berkacamata itu mengangguk, "Masuklah nona." Sabrina tersenyum senang mendengar ucapan dari asisten pribadi Hakan.

"Terimakasih." Wanita itu tersenyum dan berjalan menuju ruangan Hakan yang pintunya masih terbuka lebar.

Tok tok tok

"Aku boleh masuk sekarang?" Tanyanya pada seorang pria yang duduk di kursi kebesarannya.

Pria berbalut kemeja gelap itu menoleh dan mengangguk. "Masuklah." Sabrina tersenyum, ia melangkahkan kakinya masuk dan berjalan menuju sofa yang tak jauh dari meja Hakan.

"Aku izin duduk disini sebentar, aku berdiri hampir dua jam diluar." Ujar Karina sambil tertawa pelan.

Hakan yang melihat tingkah Sabrina menaikkan sebelah alisnya. Wanita itu terlihat berbeda, ia tidak terlihat agresif seperti biasanya. Bahkan lihatlah, pakaiannya terkesan biasa dan sopan dibanding baju kurang bahan yang sering ia kenakan saat bertemu dengan Hakan dihari sebelum-sebelumnya.

"Ah ya, maaf menganggu waktumu."

Pria itu bangkit dari kursinya dan berdiri dengan kedua tangan yang masuk kedalam saku celananya.

"Apa yang ingin kamu katakan Sabrina." Ujar Hakan to the point.

Wanita berambut pirang itu hanya tersenyum simpul saat menyadari nada Hakan yang terdengar ketus seperti biasanya.

"Aku hanya ingin minta maaf.-"

"Dan pamit." Sambungnya sambil mendongak menatap wajah Hakan yang dari dulu sampai sekarang tak ada yang berubah.

Tetap tampan seperti biasanya.

Kedua alis tebal itu kembali terangkat.

"Aku akan kembali ke Australia." Ujarnya lirih dan tetap didengar oleh sepasang telinga Hakan.

Sabrina menundukkan kepalanya sambil mengusap pipinya pelan. "Aku minta maaf karena sudah mengganggumu selama bertahun-tahun." Pria berbadan tegap itu tak merespon perkataannya dan tetap diam di posisinya yang menatap Sabrina yang masih menunduk.

"Mungkin ini saatnya untuk aku bercerita tentang semuanya."

Flashback on

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang