"Kamu kapan mau menikah?"
Pertanyaan yang Gatari sendiri juga tidak tahu jawabannya, mau ditanyakan sebanyak apa pun.
Kapan ya?
"Kapan-kapan, deh. Hehe," jawab Gatari sederhana, acuh tak acuh, dan cari aman. Satu kalimat andalannya tiap kali ada yang menanyakan kapan dia akan menikah.
"Buruan nikah, Tari, keburu jadi perawan tua lho," celetuk Bude—kakak perempuan dari ibunya—di tengah-tengah acara family gathering.
"Tenang aja Bude, besok Tari nikah kok kalo libur kerja, hehe." Gatari masih menanggapi dengan gurauan.
"Kalo besok nggak libur kerja berarti nggak jadi nikah?" balas Bude.
"Hehe, enggak." Gatari menggeleng pelan, masih dengan senyum manis yang melekat di bibirnya. "Pokoknya nunggu sampai libur kerja, Bude."
"Kerja terus kamu! Kapan nikahnya?!" Giliran sang ibu ikut menimpali.
Gatari menarik napas panjang seraya mengulas senyum, menahan diri meski bola matanya sudah setengah melotot. Ibunya kenapa malah ikut-ikutan?!
Di tengah gempuran kehidupan yang tidak mudah. Di tengah perlombaan sengit dengan umur. Di tengah medan perang meraih kesuksesan. Pertanyaan 'Kapan menikah?' terdengar seperti sentilan menohok tepat di jantung. Gatari sudah mendengar pertanyaan itu ribuan kali, bak radio rusak yang diulang terus menerus, membuat telinganya kebal meski hatinya dongkol tidak main. Menjengkelkannya, tidak hanya satu dua orang yang bertanya kepadanya. Satu kampung atau bahkan satu planet semuanya bertanya kapan dia akan menikah, tidak terkecuali orang tua dan sanak saudara yang katanya keluarga.
Dipikir menikah itu gampang?!
Gatari tahu, tahu betul kalau umurnya sudah tidak remaja lagi—yang mana sudah tidak bisa bebas menjomblo dan harus memikirkan rencana membangun rumah tangga. Gatari sudah menginjak usia 27 tahun, tahun depan dia akan berusia 28. Iya tahu, Gatari mulai tua dan sudah cukup matang untuk menikah. Tapi tolong... bisa tidak jangan terlalu mendesaknya? Karena sungguh rasanya sangat tertekan. Setiap hari dia dihantui rasa resah akan tuntutan pernikahan.
"Ibu tuh udah pengen banget lihat kamu berkeluarga, punya suami. Kamu tuh sebenernya kapan mau menikah? Mala yang lebih muda dari kamu aja udah nikah, kamu kapan? Kapan Tari?!"
Mala, saudara sepupunya yang baru berusia 21 tahun sudah menikah dan kini sedang sibuk ingin memiliki keturunan. Bisa dipastikan sebentar lagi Gatari akan ditagih cucu oleh ibu-bapaknya.
Mala melempar senyum kepada Gatari. "Iya, Mbak Tari kapan mau nyusul Mala? Ayo nikah Mbak, nanti Mala bagi resep malam pertamanya," canda Mala sambil melirik iseng Gatari yang duduk di sudut sofa. Gelak tawa keluar dari beberapa anggota keluarga atas ceplosan Mala yang menyindir Gatari habis-habisan. Ingin sekali Gatari menghilang dari ruang tengah saat ini juga.
Gatari dalam hati memaki saudara sepupunya itu. Dasar anak ingusan, berani-beraninya menghina dirinya—Gatari Naresdipati—perempuan paling cantik se-Pondok Indah.
"Mbak masih nyaman sendiri, Mala. Nyusulnya nanti aja deh," jawab Gatari kalem, meski dalam hati tidak.
"Jangan terlalu nyaman sendirian terus, Mbak. Bisa gawat, kebablasan nanti nyamannya." Mala membalas.
Itu gue juga tau, bocah ingusan!
Kalau boleh Gatari menyalahkan—meski sebenarnya tidak boleh menyalahkan siapa pun—semua ini terjadi gara-gara mereka yang lebih muda darinya sudah menikah lebih dulu—Mala contohnya. Mereka yang masih belia bukannya bermain dan mengidolakan artis Korea malah menikah muda dan membuatnya semakin dibanjiri pertanyaan, "Kamu kapan menikah? Dia yang lebih muda dari kamu aja udah nikah, kamu kapan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC ESCAPE
RomanceGatari Naresdipati adalah seorang model berusia 27 tahun. Berkat sang ibu yang menjadi biro jodohnya, Gatari menikahi Atlas Shane Wijayanto--seorang arsitek yang seumuran dengannya. Di sinilah kisah pernikahan kontrak mereka yang penuh dengan lika-l...