Atlas telah mempersiapkan diri dengan matang untuk pertemuannya hari ini dengan Gatari. Ekspektasinya sudah sangat tinggi. Laki-laki itu sudah membayangkan pelaminan di depan mata. Ketika tiba-tiba Gatari menghempaskannya dari langit tertinggi angan-angannya.
Perempuan itu membatalkan janji temu dan mengatakan bahwa jadwalnya hari ini penuh.
Atlas sedikit kecewa.
Namun belum sempat Atlas larut dalam kekecewaannya. Gatari mengirimkan sebuah pesan panjang. Mengatakan—jika Atlas tidak keberatan, Gatari meminta Atlas untuk datang menemuinya di lokasi pemotretan alih-alih kafe yang sudah direservasi untuk pertemuan kedua mereka.
Atlas memaklumi jika Gatari sangat sibuk. Dan tanpa pikir dua kali, direktur muda satu itu mengiyakan permintaan sang model. Atlas yang akan datang ke sana.
Ruangan super luas dengan penerangan yang tidak main-main membuat Atlas merasa asing. Baru pertama kali ia menjumpai lokasi photoshoot secara langsung. Model dan kru berjumlah puluhan. Deretan pakaian dan alat make-up di atas meja rias terlihat seperti pajangan warna-warni. Kamera dengan lensa super canggih menarik perhatiannya. Jadi seperti ini suasana pemotretan kelas profesional. Menarik.
Jika di pertemuan pertama Gatari mengenakan kebaya lengkapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala, di pertemuan kedua ini Atlas mendapati Gatari mengenakan gaun berwarna hijau tua dengan manik-manik yang menyilaukan mata dan hiasan bulu merak yang memenuhi kepala.
Sungguh ... pengalaman baru yang sangat aneh.
"Lagi-lagi, aku yang selalu ingkar janji," ucap Gatari ketika menyambut Atlas. Sudah tidak sungkan menggunakan aku-kamu karena keduanya telah meresmikan panggilan itu.
"Pertama telat, kedua pindah tempat." Atlas menambahkan alasannya. Pria itu menerima uluran jabat tangan Gatari dengan senyuman.
"Maaf, Atlas."
"Nggak masalah."
Keduanya juga memutuskan untuk saling memanggil dengan nama masing-masing. Mengingat usia mereka yang sepantaran, Atlas mengijinkan Gatari memanggil namanya dengan leluasa tanpa perlu embel-embel 'Mas' di depan namanya.
Di ruangan yang telah disediakan untuk Gatari beristirahat di sela-sela pemotretan, Atlas dan Gatari resmi melangsungkan kencan kedua mereka.
"Tenang aja, di sini aman. Ruangan ini khusus cuma buat aku, nggak akan ada orang lain yang berani nguping. Manajerku pun nggak akan berani curi-curi dengar. Kita bebas bicara di sini." Gatari sudah duduk di sofa lebih dulu. Kemudian mempersilakan Atlas untuk duduk senyaman mungkin. Tidak lupa perempuan itu menawarkan minum. Kopi kemasan yang dibeli Nita di franchise langganannya.
Atlas mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya setelah duduk untuk beberapa saat.
Gatari tertawa lepas saat melihat apa yang pria itu tunjukkan padanya.
"Proposal pernikahan," sebut Atlas menyerahkan kepada Gatari satu bendel kertas dengan judul di sampul depan Proposal Pernikahan; dari Atlas untuk Gatari.
"Seniat itu?" Gatari menerima proposal yang Atlas serahkan padanya. Rasanya seperti meeting dengan sebuah merk brand yang mau mengontraknya menjadi model iklan—atau mengingatkan Gatari dengan tesisnya saat sidang magister. Atlas benar-benar luar biasa.
"Aku udah bikin rinciannya sedetail mungkin, biar latar belakang, visi misi, dan tujuan pernikahan kita jelas. Dan di bab pembahasan—itu nanti kita bahas bareng-bareng berdua. Topiknya cukup berat—finansial, tempat tinggal, kendaraan, kerjaan, tugas rumah, pencitraan sosial, keluarga, sampai pembahasan anak juga ada. Kamu baca pelan-pelan dari awal, kalo kurang jelas nanti aku jelasin ke kamu." Atlas menjelaskan isi proposal pernikahan yang telah disiapkannya sebelum bertemu Gatari.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC ESCAPE
RomanceGatari Naresdipati adalah seorang model berusia 27 tahun. Berkat sang ibu yang menjadi biro jodohnya, Gatari menikahi Atlas Shane Wijayanto--seorang arsitek yang seumuran dengannya. Di sinilah kisah pernikahan kontrak mereka yang penuh dengan lika-l...