"Lo beneran Atlas?!" pekik Damar saat menjumpai Atlas pertama kali setelah bosnya itu cuti satu minggu untuk menikah.
"Menurut lo?"
"Gila pangling gue, Bro!"
Atlas tersenyum. Dia akui, dirinya memang tampil beda.
"Tunggu bentar, ini beneran Atlas kan? Bukan alien yang lagi nyamar?" Damar memastikan wajah bosnya sekali lagi. Mengecek sisi depan, samping, kiri-kanan, bahkan belakang tubuh Atlas. Dari fisik dan bentuknya memang benar Atlas, tapi casing pria itu betul-betul baru.
"Kebanyakan nonton film science fiction lo, Mar. Mana ada alien kerja kantoran? Ngaco." Atlas pasrah badannya diputar-putar dan dipegang-pegang sembarangan oleh Damar.
"Siapa tau, kita kan nggak bisa nebak misteri alam semesta." Damar menghitung jari tangan Atlas. Memastikan jumlahnya ada sepuluh. Karena kalau lebih atau kurang berarti yang berdiri di depannya adalah alien. "Jari lo ada genap sepuluh. Kayaknya si beneran lo sahabat gue, bukan alien atau pun kloningannya."
"Iya ini emang gue, Mar. Atlas, bos lo yang punya kantor ini. Atlas, sahabat lo meski terpaksa. Atlas, suaminya Gatari. Emangnya siapa lagi coba?"
Damar merengut ketika mendengar kalimat yang terakhir. "Harus banget, Tlas, di pagi hari yang cerah ini lo pamer ke gue status lo? Harus banget diperjelas SUAMINYA GATARI?"
"Iya, harus. Kenapa? Nggak suka?" Atlas menerobos tubuh Damar yang menghalanginya di pintu masuk menuju ruangan direktur. Sudut bibirnya menyembunyikan senyum.
Damar mundur dua langkah. Membiarkan Atlas menuju mejanya. "Cemburu gue, Tlas."
"Derita lo, Mar." Atlas nampak tidak peduli, meski diam-diam susah payah menahan gelak tawa.
"Anjing lah. Gue males sama lo, Tlas," rajuk Damar dengan wajah sepenuhnya tertekuk. Pemuda itu tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan sang bos sekaligus sahabatnya di tahun baru ini diawali dengan dirinya mengumpati pria itu.
Mendekati Atlas yang telah duduk di kursi direktur dan mulai merapikan berkas-berkas menumpuk di mejanya, Damar dibuat takjub. "Tapi lo beda banget sampai-sampai gue hampir nggak mengenali lo, Tlas. Lo abis ganti skin?"
"Jauhan, Mar, jangan deket-deket." Atlas mendorong bahu Damar. "Ganti skin? Lo pikir gue ular yang bisa ecdysis? Ada-ada aja lo." Ecdysis, proses ganti kulit pada ular. Rupanya rasa penasaran Damar belum hilang. Masa masih curiga kalau Atlas alien? Atau siluman yang bisa ganti kulit seperti ular? Kacau anak itu.
"Abisnya gue penasaran, kok lo bisa beda banget? Terus tumben pakai kacamata, biasanya paling anti."
Atlas sontak menarik satu sudut bibirnya, transformasinya berhasil. Sulap yang dilakukan Gatari terhadapnya sukses mengundang Damar pangling dan bertanya-tanya.
"Jelas, beda lah, Mar. Gue kan sekarang udah nikah, punya istri. Atlas yang dulu sama yang sekarang jelas jauh, yang dulu mah cupu," jawab Atlas yang tidak memberikan Damar pencerahan sama sekali.
"Pamer mulu lo!"
Pagi ini Atlas berangkat ke kantor dengan setelan yang dipilihkan Gatari. Warnanya lebih cerah dari pada pakaiannya yang sebelum-sebelumnya berkesan gelap. Sepatunya kets yang terlihat santai, berwarna putih bersih. Rambutnya undercut seperti saran Gatari-Atlas langsung potong rambut kemarin sore di salon milik salah satu kenalan perempuan itu. Wajahnya terlihat fresh dengan style rambutnya yang baru. Ditambah bingkai kacamata yang melengkapi penampilannya. Atlas seratus persen terlihat seperti baru saja dilahirkan kembali.
"Gila! Lo Atlas?!" Iben yang baru datang melongo di muka pintu, masih dengan tasnya yang diselempang pada bahu. Menatap Atlas tidak percaya.
"Norak lo semua, kayak baru pertama kali lihat orang ganteng." Atlas memandangi dua makhluk di ruangannya dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC ESCAPE
RomanceGatari Naresdipati adalah seorang model berusia 27 tahun. Berkat sang ibu yang menjadi biro jodohnya, Gatari menikahi Atlas Shane Wijayanto--seorang arsitek yang seumuran dengannya. Di sinilah kisah pernikahan kontrak mereka yang penuh dengan lika-l...