18. Pindah Rumah

9.3K 826 160
                                    

Atlas mulai terbiasa melihat namanya malang melintang di berbagai media, baik media lokal maupun media asing. Setelah dicermati baik-baik, viral dengan cara seperti ini tidak buruk. Komentar masyarakat dunia maya pun penuh dukungan terhadapnya. Tidak ada ujaran kebencian atau death threat yang ditujukan padanya.

Kendatipun banyak komentar yang berbunyi seperti: 'Aku datangin rumah kau ramai-ramai! Kusuruh kucingku berak depan rumah kau, kucingku bawa geng!' atau 'Hyung, kalo besok pagi hyung-nim muntah beling, pelakunya aku.'

Itu semua Atlas pahami sebagai bentuk jokes warganet yang memang terkenal asbun (asal bunyi). Atlas tertawa terpingkal-pingkal meski sedikit ngeri saat membacanya.

Hari belakangan ponsel Atlas menjerit nyaring tiap satu menit. Teman sekolahnya dulu dari SD hingga kuliah mulai menghubunginya lagi, memberinya ucapan selamat dan bertanya kenapa mereka tidak diundang, mereka juga mengadu kepada Atlas betapa mereka iri dengannya karena bisa memperistri perempuan sefantastis Gatari Naresdipati.

Tentu saja, Atlas gitu lho!

Awalnya Atlas tidak ingin membual, tapi ia berujung sesumbar bahwa menaklukkan hati Gatari memang tidak mudah. Mendengar itu teman-temannya memberi reaksi yang senada: "Sialan Tlas, bikin iri aja, anjing lo!"

Mengingat-ingat itu Atlas mencibir dirinya sendiri. Dih, memangnya kapan dia menaklukkan hati Gatari? Mulutnya suka sekali asal bicara.

"Udah semua barang-barangnya?" Atlas muncul dari dalam rumah ke teras. Lengan bajunya digulung sampai bahu, sarung tangan kuli terpasang di kedua tangan.

"Udah, ini boks terakhir." Gatari berkacak pinggang di sebelah mobil pickup box. Peluhnya membanjir di dahi.

Tiga hari menjelang resepsi pernikahan, kesibukan dua pasangan (palsu) itu melebihi sibuknya pejabat yang duduk di kursi dewan. Gatari harus mulai memindahkan barang-barangnya dari apartemen ke rumah Atlas—yang mereka sepakati untuk tinggal bersama setelah menikah. Dan hari ini adalah hari pindahannya.

Puluhan boks berjajar memenuhi lantai, kotak-kotak kardus superbesar itu berisi pernak pernik barang-barang milik Gatari. Mulai dari baju, tas, sepatu, aksesori, buku, lukisan, dan sebagainya. Pekerja dari jasa pengiriman baru selesai menurunkan barang-barang dari mobil dan memindahkannya ke dalam rumah.

"Pak, itu langsung dibawa ke lantai atas aja ya, di kamar tidur yang sebelah kanan." Atlas berdiri seperti mandor. Memberi instruksi mau diletakkan di mana saja kardus-kardus besar berisi barang-barang milik calon istrinya.

"Baik, Pak Atlas." Pekerja dari Moving Company menuruti permintaan Atlas. Ada sekitar tujuh orang lainnya yang turut membantu mengangkat barang ke lantai dua.

Moving Company sendiri adalah perusahaan yang melayani jasa pindah rumah dan angkut barang. Perusahaan ini milik Atlas. Tidak seperti Art of Living yang berada di bawah naungan W Holdings, Moving Company berdiri secara independen. Atlas mendirikannya sekitar dua tahun lalu ketika menyadari peluang bisnis di jasa pelayanan terbuka amat lebar, terlebih dirinya berkecimpung di bidang ini, sehingga sangatlah mudah untuknya mendapatkan klien dan membuat nama Moving Company mengudara. Setelah menguasai industri kreatif arsitektur dengan Art of Living, dia juga menguasai layanan jasa pindah rumah dengan Moving Company. Ide brilian untuk memonopoli pasar dengan strategis.

"Kamu jago bisnis juga ya, Tlas?" komentar Gatari saat mengetahui Moving Company yang membantu proses pindah rumahnya ternyata milik sang suami (masih calon).

ROMANTIC ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang