10. Kunjungan Atlas

7.1K 674 15
                                    

Sabtu sore Gatari diminta untuk menghadap Ibunda Ratu di singgasananya.

Perempuan yang baru kembali dari pekerjaannya di luar kota menuruti titah sang ratu dengan menyempatkan mampir ke Sugeng Rawuh sebelum mudik ke apartemennya.

Rok mini yang hanya menutup sebagian paha jenjangnya serta kemeja merah muda berbahan sifon setipis tisu terlihat jauh dari kata sopan untuk menghadap yang mulia ratu.

"Baju macam apa lagi yang kamu pakai, Nduk? Cah ayu masuk angin ngono kuwi," seruan sang ibu menyambut Gatari, memeriahkan kedatangannya.

Anindira meski sudah terbiasa dengan profesi sang putri sebagai peraga busana, tetap saja kerap kali ia jantungan melihat model baju yang dikenakan Gatari.

"Segini masih aman, Bu." Gatari mematut diri pada cermin yang ada di dalam restoran. Bajunya cantik, outfit-nya hari ini manis seperti dirinya.

Anindira tergopoh menghampiri anak gadisnya. Memeluk sekilas dan membiarkan Gatari mencium tangannya.

"Baru pulang kerja ya anakku sayang?" tanya Ibu yang kini wajahnya lebih sumeh karena calon mantu sudah ada di genggaman.

"Iya. Abis dari Bandung terus langsung ke sini, demi memenuhi panggilan Ibunda yang katanya kangen sama putrinya."

Anindira menarik Gatari ke sisi restoran yang agak sepi. Jauh dari pengunjung yang masih memenuhi Sugeng Rawuh.

"Apa? Kenapa? Ada apa Ibuku?"

"Ibu kangen dengerin cerita kamu, ayo cerita ke Ibu kegiatan kamu akhir-akhir ini ngapain aja cah ayu?"

Gatari menyipitkan matanya. Bau-baunya mencurigakan. Lagak ibunya tidak biasa.

"Kegiatan Gatari masih sama, kerja. Hari ini ada kegiatan di Bandung. Peresmian store dari brand kosmetik yang mengkontrak Gatari sebagai brand ambassador-nya," cerita Gatari. "Terus abis itu ada acara makan bersama, lanjut sesi wawancara sebentar. Selesai itu balik ke Jakarta dan ke sini."

Anindira menganggukan kepala. "Selain itu, Tari. Cerita selain pekerjaan kamu. Ibu mau denger kisah-kisah yang seru," pancingnya.

"Ya itu kisah serunya, kerja. Emang ada apa lagi?" Gatari pura-pura bodoh. Dia tahu, yang ingin Ibunya dengar adalah kisahnya dengan pemuda bernama Atlas yang akhir-akhir ini menjadi obrolan panas di grup WhatsApp keluarga.

"Ck, kamu nggak mengerti Ibu."

Gatari menaikkan alisnya. Mengisyaratkan tanya kepada Anindira.

Perempuan paruh baya itu hanya penasaran dengan perkembangan hubungan anak gadisnya dengan sang calon mantu.

"Apa sih? Kalau Ibu nggak bilang to the point mana Tari tau Ibu maunya denger cerita yang mana. Emangnya Tari punya kemampuan membaca pikiran?" Gatari menarik ulur, sengaja memainkan emosi Ibunya.

Anindira mendengkus.

Gatari menepuk jidat. Ibunya ini pasti dulunya tipikal cewek yang apa maunya harus ditebak. Memangnya Gatari alih profesi jadi cenayang?

"Apa? Ibu mau tau apa?"

"Atlas! Ibu mau tau sejauh apa hubungan kamu sama Atlas!"

Gatari tertawa terpingkal-pingkal. "Nah, gitu dong diutarakan maunya apa. Jangan pake kode."

"Jangan ketawa, nggak lucu, ndak usah ngguyu."

Gatari berhenti tertawa, menuruti titah sang ibu. Di dalam kepala ia mulai merangkai kata-kata bualan tentang kisahnya dengan Atlas.

ROMANTIC ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang