Setelah menunaikan pemotretan untuk foto pre-wedding yang rupanya menyita banyak waktu—karena harus ke Keraton Surakarta Hadiningrat untuk pemotretan mengenakan pakaian adat Jawa yang sudah dijanjikan dengan para orangtua sebelumnya. Gatari dan Atlas menerima cetakan undangan pernikahan yang telah siap diedarkan lewat perantara Rumi. Undangan itu berbentuk persegi panjang, berwarna putih tulang, landscape, berbahan karton tebal, nama kedua mempelai dicetak dengan tinta hitam yang dihias ornamen emas, lalu diikat cantik dengan pita berwarna merah muda.
Hari ini keduanya janjian membagikan undangan secara serentak kepada teman-teman, rekan-rekan, dan kenalan. Karena secara tidak langsung, identitas Atlas yang masih dirahasiakan dari publik akan tersebar luas begitu undangan sampai di tangan para calon tamu. Gatari dan Atlas penasaran. Apa reaksinya akan heboh? Jika iya, akan seheboh apa?
Pertama-tama, Gatari membuat janji temu dengan teman dan rekan-rekannya. Yang tidak terlalu dekat, undangan cukup dikirim lewat kurir. Tapi yang dekat dengannya, Gatari harus menyerahkannya sendiri.
Untung saja, dari sekian banyak relasi dan lingkup sosialnya yang luas, hanya sedikit yang terbilang dekat dengannya, bisa dihitung dengan jari.
Kebetulan hari ini ada jadwal pilates dengan geng sosialitanya. Gatari memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan undangan pernikahannya tanpa perlu sowan ke rumah atau kantor mereka masing-masing. Ini seperti sekali dayung dua pulau terlampaui. Lumayan hemat waktu dan tenaga di saat persiapan pernikahan yang padat merayap membuatnya keteteran karena sempitnya waktu. Tersisa sepuluh hari menuju hari H.
Siang setelah selesai dengan kelas pilates, geng sosialita memutuskan untuk brunch bersama di salah satu kafe daerah Kemang. Geng yang terdiri dari sepuluh orang itu diketuai oleh Wening Sasmaya, pemimpin redaksi majalah Kartini yang mempertemukan mereka semua.
Tahun lalu saat majalah Kartini memuat artikel mengenai wajah perempuan Indonesia yang menginspirasi negeri, tujuh perempuan hebat disatukan dalam satu sampul majalah. Ada Gatari Naresdipati, Lestari Laksono, Aswarina Priambudi, Valerie Marsah, Purbasari Wijayanti, Rachel Amanda, dan Maudy Winona.
Edisi tahun ini, untuk artikel yang sama, akan dinobatkan sembilan perempuan yang paling menginspirasi versi majalah Kartini—bertambah dua orang dari tahun sebelumnya. Dua orang itu yaitu Gistara Marsudi Raharja, CEO-nya dari Majestic Entertainment dan Kartika Dwiningrat Soesanto dari Kartika Foundation, istri dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, yang juga merupakan putri konglomerat generasi ketiga keluarga Dwiningrat.
Meja berisi sepuluh orang itu dihuni oleh bukan sembarang orang. Mereka adalah orang-orang penting yang kiprahnya luar biasa.
"Tapi kamu karena tinggi nggak kelihatan gendut, Wari, makan porsi normal aja," ucap Wening Sasmaya kepada Aswarina Priambudi yang tengah sibuk menakar porsi makannya. Perempuan itu habis melahirkan dan bobot tubuhnya naik ugal-ugalan. Untuk pemotretan majalah Kartini yang direncanakan terbit awal tahun, perempuan yang akrab dipanggil Aswari itu mengatur dengan ketat setiap kalori yang masuk ke dalam tubuhnya. Jangan sampai untuk pemotretan sepenting itu (yang dijadwalkan sebulan lagi) badannya masih gembrot dan bergelimang lemak. Kelas pilates pun idenya karena setelah pemberitahuan penobatan "Kartini Masa Kini" yang disampaikan Wening—Pemred majalah Kartini—ia termotivasi untuk segara langsing kembali.
"Aku karena pakai baju gombrong begini makanya kelihatan nggak gendut, Mbak, kalau pakai gaun baru itu lipatan-lipatan lemak nampak di sana-sini," jelas Aswari sambil menunjukkan lekukan di perutnya yang sudah lebih mendingan jika dibandingkan dua minggu lalu.
"Orang kalau biasa langsing tuh susah, Mbak, gendutan dikit langsung stres kepikiran," tutur Lestari Laksono sambil menata piring-piring yang baru berdatangan ke atas meja. "Apalagi Mbak Aswari kan orang penting gitu, penampilan nomor satu. Meski Pak Bian tiap hari bilang 'kamu gendut nggak papa sayang, aku tetep cinta', Mbak Aswari tetep kepingin kurusan. Ya kan Mbak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC ESCAPE
RomanceGatari Naresdipati adalah seorang model berusia 27 tahun. Berkat sang ibu yang menjadi biro jodohnya, Gatari menikahi Atlas Shane Wijayanto--seorang arsitek yang seumuran dengannya. Di sinilah kisah pernikahan kontrak mereka yang penuh dengan lika-l...