15. Pertemuan Keluarga

7K 693 58
                                    

Karena weton atau apalah itu, pernikahan yang Gatari dan Atlas rencanakan beberapa bulan kemudian, kini tinggal menghitung minggu. Pelaminan sudah di depan mata.

Setelah acara pertunangan beberapa hari lalu, kedua keluarga sibuk mempersiapkan ini itu. Lalu Atlas dan Gatari sendiri? Siap tidak siap, mereka berdua harus siap.

Oleh karena itu pertemuan keluarga tahap kedua dilakukan. Kali ini giliran keluarga Naresdipati yang sowan ke kediaman Wijayanto. Gatari dengan rombongan keluarganya—yang tidak bisa dikatakan sedikit—bertamu ke rumah Budiman dan Sarah.

Bukan orang Jawa namanya kalau berkunjung dengan tangan kosong. Macam-macam bingkisan yang telah dipersiapkan Anindira dengan suaminya berpindah tangan ke pihak keluarga Wijayanto.

Atlas dengan kemeja batiknya yang menyempurnakan ketampanan aura Mas-Mas Jawa mapan dan matang—mengulurkan tangan menyambut Gatari.

"Selamat datang, Gatari."

Gatari yang melihat uluran tangan Atlas menyambutnya senang hati. Keduanya tahu, sudah waktunya syuting film dimulai. Sutradara baru saja meneriakkan ACTION! untuk mereka berakting mesra.

"Silakan masuk. Monggo Pak, Bu, duduk di mana saja. Anggap seperti rumah sendiri," ucap Sarah mempersilakan tamunya masuk.

"Monggo-monggo, pinarak." Budiman sebagai tuan rumah bersikap sangat ramah. Semua tamunya sudah masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

Atlas masih setia di sebelah Gatari. Menemani sisi perempuan tinggi semampai itu membentuk gambaran sepasang kekasih yang serasi.

"Mbak Tari selamat datang! Amel seneng banget akhirnya Mbak Tari main ke sini!" Amel, adik perempuan Atlas cium tangan. Tersenyum lebar ingin memberikan kesan baik di mata calon kakak iparnya.

"Hai, Amel. Kita ketemu lagi, kamu makin cantik aja. Mbak Tari seneng banget bisa ketemu kamu lagi." Gatari mencubit pelan pipi chubby Amel, tersenyum manis kepada gadis yang tingginya hanya sepundaknya.

"Mas Danuarta nggak ikut, Mbak?" Amel bertanya setelah melihat sekelilingnya, ia tidak menemukan sosok pemuda jakung pecicilan itu.

"Danuarta nggak ikut, hari ini ada kuliah." Gatari menjawab.

"Sayang banget Mas Danuarta nggak ikut, padahal kemarin aku udah janji mau ngasih action figure Nobara Kugisaki kalau dia ke sini."

Gatari mengernyit, dalam hati mengeluh. Aishh ... wibu.

"Nanti Mas Atlas suruh Danuarta ke sini kalau kuliahnya udah selesai, jangan sedih, Mel." Atlas menepuk-nepuk bahu adiknya. Kemudian melirik Gatari meminta pengertian perempuan itu. Karena Gatari-lah sebenarnya yang melarang Danuarta untuk ikut—meski alasan kuliah memang benar, bukan hal dibuat-buat.

"Beneran Mas Atlas? Jangan lupa bilang Mas Danuarta buat bawain action figure Gojo Satoru yang katanya mau dikasihkan ke Amel ya, Mas?" semangat Amel membara, rasa kecewanya hilang. Tidak apa terlambat, asal teman baru wibunya itu tetap datang.

"Iya nanti Mas Atlas sampaikan."

"Makasih, Mas Atlas."

Gatari dalam hati bertanya-tanya. Di dunia ini hubungan kakak-adik memang bisa seakur ini? Atlas dan Amel terlalu baik satu sama lain, mereka terlalu rukun. Harusnya kan hubungan kakak-adik itu seperti berjalan di ladang ranjau. Mana ada kakak-adik saling akur seperti itu? Hubungan kakak-adik yang sebenarnya adalah medan pertempuran. Peperangan yang dimulai sejak lahir. Seperti dirinya dengan Danuarta. Mustahil rukun. Apa-apaan Atlas dengan Amel ini? Aneh sekali. Tidak wajar.

Atlas mengajak Gatari duduk. Keduanya terus bersebelahan. Seperti enggan berjauhan. Mau bagaimana lagi, potret yang ingin mereka bagikan ke keluarga besar kan: sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.

ROMANTIC ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang