°•°•°
Tempat tidur Jimin berguncang, brutal seperti terkena gempa saja. Meski kantuk masih erat memeluknya, terpaksa tetap membuka mata. Membiarkan cahaya fajar yang masuk membuat silau matanya.
Terpejam erat sebentar matanya, berkedip-kedip perih. Ditusuk cahaya mentari yang menerobos lewat jendela tidak bertirai. Ia menoleh, pada sumber kekacauan. Disana ada Taehyung lengkap dengan cengiran konyolnya.
"Good Morning brother. Cepat bangun, sarapannya sudah siap. Nanti kau terlambat sekolah."
Jimin mengorek telinganya dengan jari kelingkingnya. Keceriaan suara Taehyung membuat sakit indra pendengarannya. Siapa peduli soal sarapan, Jimin tidak sudi duduk satu meja dengan Taehyung dan Ibunya. Selera makannya sudah menguap entah kemana, yang pasti Jimin tidak minat. Ia kembali membungkus diri dengan selimut hangatnya. Tidak peduli dengan cuap-cuap berisik yang keluar dari mulut Taehyung.
"Jangan tidur lagi, Jimin-ah. Nanti terlambat sekolah, Ibu juga sudah membuatkan makanan kesukaanmu. Ayo bangun, Jim."
"Jimin, Jimin."
"Nanti kesiangan, Jimin. Kau mau dihukum guru. Jimin-ie."
"Argh!" Dengan kasar Jimin menendang selimutnya. Membuat kontan Taehyung mundur, "Berhenti memanggil namaku dengan mulut sampahmu!"
Jimin marah, pagi-pagi napasnya sudah memburu dan tatapannya menajam. Bahkan kantuknya ikut kabur, bersama dengan detak jantung yang berpacu kencang. Desiran darah yang seperti bergolak dalam kepalanya.
"Keluar!" Telunjuk Jimin teracung tegang kearah pintu kamar, "Atau aku seret dengan kasar."
"Oke, oke. Aku akan keluar, tapi kau harus sarapan Jim. Jangan sampai asam lambungmu naik lagi.''
Persetan dengan asam lambung. Melihat Taehyung saja sudah membuat ulu hatinya seperti ditekan-tekan. Ada rasa mual yang perlahan naik kebatang tenggorokannya, "Cepat keluar sialan!"
Untungnya Taehyung menurut. Buru-buru mendekati pintu, lalu keluar tanpa mengatakan apapun lagi.
Jimin merasa sudah diujung sekarang, ia berlari kearah kamar mandi. Berjongkok dihadapan closet, berniat membuang rasa mualnya. Tapi tidak ada apapun yang keluar. Malah tenaganya yang terasa tersedot begitu saja.
"Bunda." Kelopak mata Jimin menutup, bersandar pada dinding kamar mandi. Menekan bagian yang sakit diperutnya.
Andai, setiap paginya Jimin tidak diawali dengan Taehyung. Jimin tidak akan sesering ini berjongkok didepan kloset hanya untuk menuntaskan rasa memuakkan yang menekan kenyamanan.
°•°•°
Untuk menghindari insiden writer block dan kendala lainnya. Book ini bakal punya jadwal update. Setiap hari Minggu, lembar barunya keluar.
Untuk semua antusiasme dan dukungannya. Terimakacii:)
Selamat membaca, universe baru punya Minki. :)
Written by
Minminki
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Jeda
Fanfiction[Tanpa Jeda] Tahu tidak? Jimin rindu, sangat rindu sampai jiwanya lepas entah kemana. Bukankah Taehyung harus bertanggungjawab? Karenanya Jimin benar-benar akan sekarat. [20240201] Minminki