Tembus 1394 Kata
°•°•°
Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, tidak ada yang tersangkut sedikitpun dikepala Jimin. Sekerasnya ia berusaha untuk paham apa yang sedang gurunya sampaikan, hanya ada panas kepala yang tersisa.
Jimin menyerah, ia menyadari kebodohannya. Tidak bisa begini, tidak dalam pelajaran akademik. Jimin merasa bodoh, payah, ia tidak mampu. Sementara yang lain berlomba-lomba untuk jadi unggul, Jimin memilih melipat tangannya diatas meja, menaruh kepalanya diatas sana kemudian memejamkan mata.
Tirai tipis dari jendela kelas bergerak tertiup angin. Sepoi-sepoi menerpa wajah Jimin, sinar matahari mungkin ada diatas kepala, jadi tidak menyorot kedalam tapi menyebar dengan rata. Jimin membuka matanya, disuguhkan birunya langit tanpa awan. Diluar itu terang, cerah berangin sedang. Jimin tidak tahu bagaimana menikmati waktu, atau suasana seindah itu. Kegiatannya hanya sekolah dan pulang, begitu tanpa ada perubahan. Mungkin cuma insiden kecil dijalan. Itupun tidak mengubah kedataran hidupnya. Sulit sekali menimbulkan minat dalam dirinya.
Kursi kosong disamping Jimin kedengaran berderit. Ia tidak penasaran, mengira anak lain menumpang duduk saja. Jimin tidak punya table mate, jadi kursi disampingnya milik semua orang, bisa duduk suka-suka hati. Jimin hanya perlu mengabaikan kalau memang mengganggu ketenangan.
"Tidur ya?" Tersentak kecil saat sebuah rangkulan mendarat dibahunya. Jimin langsung menoleh, dan Taehyung-lah pelakunya, "Oh, aku kira kau tidur. Apa aku membangunkan mu? Tapi tidur sambil duduk tidak baik, Jim. Mau aku antar ke ruang kesehatan?"
Tanpa bicara, Jimin menggerakkan bahunya agar tangan Taehyung turun dari pundaknya. Kemudian kembali memalingkan pandangan, memejam supaya cepat tidur sungguhan. Tidak mau membangun konversasi sekecil apapun.
Setelahnya suara Taehyung tidak terdengar lagi. Sebaik-baik Jimin memasang pendengaran, memang tidak ada ocehan Taehyung yang masuk kedalam telinganya. Katakanlah ia penasaran, berpikir mungkin Taehyung pergi, tapi tidak ada sejarahnya Taehyung pergi dengan sendirinya. Harus diusir dulu. Lantas, apa yang orang itu lakukan sampai senyap itu.
"Kerjakan punyaku juga Taehyung." Tidak sesuai ekspektasi, Jimin malah menangkap suara orang lain.
"Kerjakan sendiri Yoo-Chan. Kau punya tangan dan otakmu sendiri." Lalu ini suara Taehyung. Kedengaran tidak ramah.
"Oh, Jadi Jimin tidak punya tangan dan otak, sampai tugas matematikanya dikerjakan olehmu. Kasihan sekali."
"Jaga bicaramu, Yoo-Chan." Kali ini Jimin dengar nada bicara Taehyung yang meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Jeda
Hayran Kurgu[Tanpa Jeda] Tahu tidak? Jimin rindu, sangat rindu sampai jiwanya lepas entah kemana. Bukankah Taehyung harus bertanggungjawab? Karenanya Jimin benar-benar akan sekarat. [20240201] Minminki