1116 Kata
°•°•°
Mulai dari lima menit sampai kini sudah setengah jam lebih berlalu, Jimin masih berkutat pada hal yang sama.
Masalah lampu belajarnya.
Benda itu terus berkedip-kedip, tidak menyala dengan benar. Awalnya Jimin pikir baterainya habis, makanya ia ganti dengan yang baru. Tapi tetap saja begitu. Berkedip-kedip tidak jelas. Lalu ia bongkar, barang kali ada yang rusak dari dalam. Seperti kabelnya putus misalnya, atau hal lain yang tidak terlihat kalau tidak dibongkar.
Masalahnya sekarang, dimata Jimin kelihatannya tidak ada yang salah. Tampak baik-baik saja seluruh komponen lampu belajarnya. Yang membuat Jimin keheranan, setiap ia pasangkan kembali seperti semula lampu belajarnya. Tidak ada perubahan, tetap saja seperti benda yang rusak.
Bagaimana Jimin tidak kesal, bolak-balik bongkar pasang tapi tidak ada hasilnya. Agaknya Jimin memang ditakdirkan untuk terus berusaha tanpa memetik hasilnya. Jangankan perkara kehidupan, lampu belajarnya saja tidak memihak padanya.
Tapi mencoba sabar. Jimin cari tutorial memperbaiki lampu belajar dalam ponselnya. Ia ikuti step by step dengan teliti. Sampai dirasa sudah seluruh urutan perbaikan Jimin lakukan. Ia pasangkan kembali penutup bagian bawah dari lampu belajarnya. Kepalanya sudah berekspektasi kalau lampu belajarnya akan menyala dengan benar, hatinya sudah yakin kalau ia bisa.
Lalu saat Jimin geser tombol ON dari lampu belajarnya, seketika Jimin banting benda itu diatas meja belajarnya. Alasannya sebab tidak mau menyala juga. Emosi Jimin sudah sampai ubun-ubun kepala. Tidak sanggup lagi mempertahankan kesabarannya.
Letupan jengkel masih membara dikepalanya, mendadak suara Taehyung merangsek masuk kedalam pendengaran Jimin, "Jimin-ah!"
"Apa!" Jimin berteriak kesal. Memutar kursi yang ia duduki, agar menghadap pintu masuk kamarnya.
Dan benar saja, Taehyung muncul dari sana. Raut wajahnya begitu sumringah, tapi sebab Jimin tidak suka keceriaan itu, dimatanya jadi tampak menjengkelkan.
"Kau harus lihat, Jimin. Pokoknya aku jamin kau pasti suka." Tanpa memikirkan akan ditolak mentah-mentah, Taehyung masuk kedalam dan langsung menarik tangan Jimin.
"Kau ini apa-apaan Taehyung. Lepas!" Makin kesini, makin seenak jidat saja. Senang sekali Jimin rasa Taehyung menarik-narik tangannya akhir-akhir ini. Membuatnya tidak sempat menolak sebab badannya keburu mengikuti langkah Taehyung, "Lepas tanganku bodoh! Kau mau apa!"
Jimin juga merasa, keadaan rumah yang kosong sebab Ibu tirinya masih ada dirumah orang tuanya yang sedang sakit terkesan memberi Taehyung banyak keberanian untuk bertingkah. Sudah seminggu ini ada saja kelakuannya yang ikut menyeret Jimin. Mulai dari dapat kupon makan ayam tepung gratis sampai masalah menonton film baru sama-sama. Bisa gila Jimin lama-lama menghadapi kelakuan Taehyung yang tidak ada habis-habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Jeda
Fanfiction[Tanpa Jeda] Tahu tidak? Jimin rindu, sangat rindu sampai jiwanya lepas entah kemana. Bukankah Taehyung harus bertanggungjawab? Karenanya Jimin benar-benar akan sekarat. [20240201] Minminki