Perkataannya

100 22 3
                                    

938 Kata.

°•°•°

Perputaran jarum jam setiap detiknya terdengar ditengah keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perputaran jarum jam setiap detiknya terdengar ditengah keheningan. Angka satu ditunjuk jarum yang lebih pendek. Setengah jam berlalu Jimin habiskan hanya untuk melamunkan benda yang ada ditangannya. Lampu belajar menyorot pada botol yang sudah berkurang isinya. Sekitar seminggu yang lalu sudah jadi teman Jimin setiap tengah malam datang. Bersama buku-buku tebal dan kertas yang penuh dengan coretan.

'Ayah tidak punya cara lain lagi, Jimin. Tolong bantu dirimu sendiri. Jangan mempermalukan Ayah lagi.' sudah berlalu selama berhari-hari tapi masih segar dalam kepala Jimin. Kekecewaan dimata Ayah, dan keputusasaan dalam nada bicaranya, memukul Jimin secara tidak kasat mata. Ayah memberikan botol obat yang Jimin pegang sekarang dengan tangan yang gemetar. Menghipnotis Jimin untuk mengangguk tanpa syarat. Tidak ada penolakan, mulut Jimin terkunci sebab Ayah yang tampak tertekan.

'Bunda, tolong katakan kalau yang aku lakukan ini benar.' Jimin menyentak botol obatnya, menjatuhkan satu butir ke tangannya, 'Aku tidak ingin mengecewakan Ayah.' memadukannya kedalam mulut, menelannya dengan bantuan setengah gelas air.

Napas Jimin bergerak cepat. ia terdiam sejenak untuk menetralkan lajur napasnya. Hal seperti ini selalu membuatnya gugup meski sudah Jimin lakukan selama tujuh hari disetiap malamnya. Tangannya dibuat gemetar, namun masih ia paksakan memegang pensil. Menggoreskan ujung benda itu pada kertas, dan mulai memperhatikan buku pelajarannya. Mengulas apa yang sudah guru ajarkan disekolah.

Mengerjakan soal-soal yang tersedia dalam buku. Menulis rumus dan menghitung. Jimin terus dalam kegiatan yang sama selama lebih dari tiga jam. Dijarum pendek yang menyentuh angka empat dini hari, mata Jimin masih terbuka. Gerakan tangannya masih stabil. Tidak tampak lelah.

"Sedikit lagi." Satu soal lagi yang tersisa. Seteliti mungkin Jimin kerjakan. Tidak ingin membuat kesalahan sekecil kotoran kuku sekalipun. Sampai pada titik akhir, hasil pada ujung rumus ia tuliskan. Jimin menghela napas lega.

Tangannya terkulai lemas diatas meja dengan punggung yang bersandar di sandaran kursi. Ujung jemarinya gemetar, Jimin perhatikan dalam diam. Tapi pikirannya tidak ingin bungkam.

Jimin menyebut dirinya menyedihkan. Tidak ada hal yang berjalan normal dalam hidupnya. Bahkan untuk bisa fokus belajar, Jimin perlu dorongan dari benda bulat pipih yang ia masukkan kedalam tubuhnya.

Disaat anak-anak lain hanya perlu les privat untuk memperdalam pemahaman mereka, Jimin tidak cukup dengan itu. Ia terlalu bebal dan sangat menyusahkan. Orang dewasa yang berpredikat sebagai guru dengan sumpah mendidik generasi bangsa saja menyerah kalau sudah dihadapkan dengan lambannya pemahaman Jimin.

Tanpa JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang