1585 Kata
°•°•°
Setiap mahluk hidup akan menghadapi kematian. Berbeda dari waktunya saja. Tidak ada yang bisa menghindar meski berlari ke ujung jagat raya sekalipun, atau tenggelam dalam luasnya black hole di luar angkasa. Kematian akan mengejar seperti hewan pemburu, saat targetnya sudah terkunci takdir.
Contohnya saja, Neneknya Taehyung. Siapa yang menyangka kalau kematian akan merenggut nyawanya. Padahal kemarin malam Taehyung masih terlibat obrolan asik dalam sambungan video call dengan Ibu dari ibunya itu.
Setengah mati Jimin dibuat iri dan sakit hati sebab tidak pernah mengalami hal semanis itu. Dapat perhatian dari seorang nenek bahkan saat hidupnya sudah diujung tombak penjemput ajal. Tapi isinya Jimin tidak bertahan lama sebab paginya Ibu tirinya datang untuk menjemput Taehyung dan Jimin agar menghadiri acara pemakaman yang langsung dilaksanakan pada hari itu juga. Tanpa ditunda-tunda.
Tidak ada air mata yang Jimin turunkan, bahkan setetes pun. Tidak ada perasaan sedih yang menyambangi hatinya. Sepanjang acara hanya wajah datar yang Jimin tunjukkan. Beberapa orang menanggapi sikap Jimin dengan positif, mereka bilang Jimin tampak tegar namun tidak jarang juga yang menyebut Jimin tidak punya perasaan sebab tampak biasa saja, tidak berduka sama sekali.
Tidak ada drama, apa yang Jimin rasakan itu yang terpampang dalam raut wajahnya. Sedangkan Taehyung sudah habis setengah kotak tisu. Memang dasarnya Taehyung dekat dengan neneknya, jadi sangat wajar kalau sikapnya begitu.
"Taehyung-ah." Selalu ada yang mendekati Taehyung. Memberikan ucapan bela sungkawa juga pelukan hangat yang menenangkan.
Tidak jarang juga yang melewatkan Jimin. Mungkin mereka yang tahu asal-usul Jimin, berpikir tidak punya kepentingan sebab tidak ada hubungan. Tapi wanita yang ada dihadapan Jimin sekarang berbeda. Dengan lembut memberikan usapan pada bahu Jimin, juga pelukan yang sama dengan yang Taehyung dapatkan. Senyumnya mirip sekali dengan senyum Ibunya Taehyung.
"Sudah lama tidak bertemu, Jimin-ah. Momennya sangat buruk sekali sekarang." Kemudian suara lembut mengalun. Memasuki pendengaran Jimin dengan begitu ramah dan sopan.
Sayangnya, hal itu tidak juga membuat Jimin mau mengangkat pandangannya. Ia lebih suka menunduk daripada harus bertemu tatap dengan siapapun yang datang. Disamping beberapa orang tidak ia kenal, sorotan mata mereka membuat Jimin tidak nyaman. Rasanya seperti disudutkan.
"Bibi bicara padamu, Jimin-ah." Dengan berani menyentuh dagu Jimin, mengangkatnya supaya mereka saling bertemu pandang.
Bibi Seol-Hee tidak pernah kehilangan binar teduhnya meski suasana sedang dirundung duka. Ketegaran yang terpancar lewat netranya, membuat Jimin sedikit bersimpati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Jeda
Fanfiction[Tanpa Jeda] Tahu tidak? Jimin rindu, sangat rindu sampai jiwanya lepas entah kemana. Bukankah Taehyung harus bertanggungjawab? Karenanya Jimin benar-benar akan sekarat. [20240201] Minminki