Kepanikannya

132 20 6
                                    

836 Kata

°•°•°

Setengah jam lalu Jimin membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setengah jam lalu Jimin membuka matanya. Disaat itu juga telinganya disapa suara dari dua orang yang tengah berbincang serius. Tidak banyak yang bisa Jimin dapatkan dari aksi mengupingnya selain kata 'GERD' dan 'Bahaya' setelahnya suara mereka seperti bergumam.

Putih sekali langit-langit ruangan yang ia pandang sekarang. Mendongak sedikit, ia disuguhkan tiang infus. Sudahlah pasti ini bukan ruang kesehatan sekolah. Bau obat-obatan yang lebih menyengat, asing sekali buat Jimin. Lalu tirai disampingnya bergeser sedikit. Menunjukan satu-satunya presensi yang Jimin kenali.

"Terimakasih ya, Dok. " Ternyata Dokter Hee-Soo yang tengah bicara dengan seorang Dokter laki-laki.

"Jimin boleh pulang kau infusnya sudah habis. Aku akan resepkan obatnya dulu sebentar." Dokter Hee-Soo membungkuk sebentar sambil mengucapkan 'Terimakasih'  sebelum Dokter laki-laki itu pergi.

Lalu tersisa-lah Dokter Hee-Soo dan Jimin saja disana. Dengan wajah yang dibuat garang, Dokter Hee-Soo berkacak pinggang di hadapan Jimin. Menghela napas panjang, kelihatan sekali lelahnya, "Siksaan apa yang sudah kau lakukan pada tubuhmu sendiri, Jimin. Sampai drop begini."

Jawabannya tentu saja, "Tidak tahu." Jimin merasa tingkahnya biasa saja. Setiap harinya memang Jimin jarang sarapan, atau terkadang meninggalkan makan siangnya. Tapi Jimin masih tetap makan meski porsinya tidak banyak. Jadi Jimin merasa tidak sedang menyiksa diri, memang kebiasannya begitu.

"Berhenti membahayakan dirimu sendiri Jimin. Nyawa itu bukan americano yang bisa diisi ulang." Tangan Dokter Hee-Soo bergerak membenahi letak selimut Jimin, "Setelah ini kau harus bisa menjaga dirimu. Jaga pola makanmu, tidur yang cukup, jangan berpikir macam-macam. Hidup cuma sekali, jangan disia-siakan."

"Apa aku sakit parah?" Sebab nada bicara Dokter Hee-Soo kedengaran seperti menggambarkan kecemasan yang berlebihan. Apalagi Jimin juga sempat mendengar kata 'Bahaya' saat menguping tadi.

"Akan sakit parah. Kalau kau tetap tidak menyayangi dirimu sendiri." Bagian terperincinya akan Dokter Hee-Soo katakan pada orang tua Jimin, "Jadi jangan berpikir macam-macam, jangan bertindak aneh-aneh. Cukup perhatikan dirimu."

Agak melotot mata Dokter Hee-Soo, sipit yang dipaksa terbuka lebar itu agak menyeramkan. Jimin sampai memalingkan pandangannya saking tidak ingin lihat. Mode marahnya Dokter Hee-Soo mirip kepala sekolah kalau sedang ikut acara razia kelas dadakan.

"Perutmu masih sakit tidak?" Dokter Hee-Soo ingin memastikan, dan Jimin menggeleng sebagai jawaban, "Ingin minum atau makan sesuatu?"

Tanpa JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang