Daya Tariknya

153 30 9
                                    

Tembus 1179 Kata

°•°•°

Terjebak ditengah banyaknya orang yang tengah terkagum-kagum dengan mata yang berbinar-binar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terjebak ditengah banyaknya orang yang tengah terkagum-kagum dengan mata yang berbinar-binar. Jimin gerah kepanasan, meskipun ruang aula sekolah sudah berpendingin ruangan. Terlalu banyak orang yang datang, membuat mesin-mesin itu hanya seperti remahan makanan di sudut sudut ruangan.

Mungkin dari banyaknya orang, Hanya Jimin yang duduk tenang. Yang lain tidak bisa diam terutama murid perempuan. Alasannya sebab ada Taehyung yang tengah tebar pesona didepan. Jadi salah satu peserta debat bertema pendidikan. Meskipun bukan olimpiade besar, hanya acara tahunan sekolah. Tapi dari sini bisa Jimin lihat, seberapa banyak pemuja Taehyung.

Disebut bintang sekolah, wajar sekali kelihatannya. Sejauh ini, Taehyung punya banyak pesaing tapi tidak ada yang bisa menyainginya. Sampai terkadang, ada saja manusia gila yang melampiaskan kekesalannya pada Jimin. Dengan bicara seenak jidatnya saja. Kalau yang direndahkan cuma Taehyung, Jimin tidak peduli. Tapi terkadang namanya ikut terseret juga.   Rasanya benar-benar seperti sebatangkara saat orang-orang diluar sana ikut bersikap tidak adil seperti Ayahnya.

"Aku yakin yang memang pasti Taehyung. Cara bicaranya itu, " percakapan dua perempuan disamping Jimin terdengar. Dari sudut matanya bisa Jimin lihat, yang bicara menunjukan Ibu jarinya. Seolah mengakui secara jelas keunggulan Taehyung, "Sejauh ini, opininya yang paling mudah dipahami. Singkat, jelas, padat. Tipeku sekali."

Perempuan yang lain berdecih, "Iya, dia tipemu. Tapi kau bukan tipenya. Mana mau Taehyung berhubungan dengan perempuan yang cuma sibuk dandan di kelas."

"Sialan kau!" Pertengkaran kecil terjadi, "Kalau bicara suka benar." Tapi cuma sebuah candaan antar teman.

Lalu atensi salah satunya tertuju pada Jimin, yang posisi duduknya paling dekat. Badannya sedikit miring kearah Jimin. Kemudian berbisik-bisik, "Adiknya Taehyung disini rupanya."

Mendengar itu Jimin langsung menggeser duduknya, berniat menjauh. Namun dengan lancang tangannya dipegang, membuat pergerakannya tertahan, "Mau kemana? Aku tidak gigit, jangan takut begitu."

"Iya." Yang disamping perempuan itu ikut bicara, "Kami cuma mau mengajakmu bergosip tentang Taehyung. Kau Adiknya'kan, pasti tahu banyak."

"Tidak mau." Jimin menyentak tangan  perempuan itu. Hingga terlepas. Tapi seperti benalu rambat, mereka kembali mendekat. Sumpah, kalau bisa main kasar, sudah Jimin lakukan sedari tadi. Risih sekali rasanya, "Tolong menjauh dariku."

"Jual mahal sekali sialan! Baru jadi Adiknya saja sudah besar kepala. Padahal tidak ada apa-apanya."

Memutar malas mata Jimin. Ujung-ujungnya pasti penghinaan, sialan sekali, "Setidaknya aku Adiknya. Sementara kau cuma orang asing."

Tanpa JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang