1233 Kata
°•°•°
Ada perang dilantai bawah. Pagi-pagi Jimin sudah mendengar kebisingan. Kali ini bukan sesuatu yang seperti terdengar seperti badai kehidupan. Hanya bunyi dari benda yang mudah pecah saling berbenturan atau bahan besi yang terketuk. Yang pasti, suaranya datang dari dapur. Hanya saja, tidak biasanya lagi Jimin diawali dengan kebisingan dapur. Sebab Ibu tirinya bukan pribadi ceroboh yang
masak saja perlu seisi rumah tahu sebab terlalu banyak bunyi yang ditimbulkan.Tapi begitu Jimin melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau yang berdiri dibalik meja pantry itu adalah saudara tirinya, Taehyung. Seketika kata 'Heran.' sirnah begitu saja. Pantas saja berisik, yang berkutat di dapur ternyata amatiran.
Jimin tidak begitu mempedulikan apa yang sedang Taehyung lakukan. Ia datang hanya dengan tujuan segelas air. Lalu berniat kembali menyambung tidurnya.
Tetapi Taehyung mengajaknya bicara dengan berkata, "Pagi ini aku yang buat sarapan. Soalnya Ibu pergi menjenguk nenek sejak semalam." Berusaha membangun konversasi sebab merasa jarak mulai menipis diantara mereka, "Nanti sore kita menyusul, jenguk nenek juga."
Segelas air Jimin tandaskan lebih dulu sebelum menimpali ucapan Taehyung, "Dia nenekmu, bukan nenekku. Jadi itu urusanmu."
Jimin mana peduli. Ibu dari Ayahnya sudah tidak ada, otomatis Jimin sudah tidak memiliki nenek. Sementara jika menghitung dari Bundanya. Entah, masih ada atau tidak, Jimin tidak pernah tahu. Ia juga tidak pernah lihat bagaimana parasnya Ibu dari bundanya. Merasa tidak punya urusan lagi sebab dahaganya sudah lenyap. Jimin melenggang pergi. Sekalipun Taehyung memanggilnya berkali-kali. Dianggap olehnya hanya angin lalu saja. Lebih memilih buru-buru kembali ke kamarnya. Merebahkan diri sambil memandangi buku komik ditangannya.
Jimin tidak tahu bagian mana yang menarik dari buku yang ia pegang sekarang. Tapi dari yang Jimin perhatikan, banyak sekali murid yang meminjam buku komik di perpustakaan. Tingkah yang membuat Jimin penasaran, semenarik apa buku komik sampai banyak yang menggemari. Tapi jangankan tertarik, Jimin saja bingung bagaimana cara bacanya. Harus memulai dari mana. Kiri atau kanan, kanan atau kiri. Beberapa bentuk gambar dan leletakkan membuat Jimin kebingungan.
Lantas ia merentangkan tangannya, berhenti melihat buku yang membuat pegal mata dan memusingkan kepalanya. Jimin sedang berusaha mencari sesuatu yang bisa jadi peralihan dikala waktu menjenuhkan datang. Tapi sampai kini belum ada yang bisa membuat Jimin benar-benar tertarik seperti menemukan dunianya sendiri. Sulit sekali menemukan hobi, ditengah banyaknya manusia yang memiliki hobi sebagai sesuatu yang lumrah dan normal.
Hanya memandangi langit-langit kamar yang akhirnya Jimin lakukan lagi dan lagi. Membiarkan pikirannya bebas terbang kemana saja. Dan memikirkan apa saja. Hingga tidak jarang membuat Jimin terjebak dalam pikirannya sendiri, bersama asumsi-asumsi gila yang datang silih berganti tanpa henti. Sampai kehilangan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Jeda
Fiksi Penggemar[Tanpa Jeda] Tahu tidak? Jimin rindu, sangat rindu sampai jiwanya lepas entah kemana. Bukankah Taehyung harus bertanggungjawab? Karenanya Jimin benar-benar akan sekarat. [20240201] Minminki