Air matanya

254 29 6
                                        

Tembus 1028 Kata

°•°•°

Cermin dikamar Jimin sudah diganti, pakai yang kecil jadi cuma ditaruh diatas meja belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cermin dikamar Jimin sudah diganti, pakai yang kecil jadi cuma ditaruh diatas meja belajarnya. Ibu Tirinya yang memaksa, meski Jimin minta diganti dengan yang serupa. Didukung dengan setujunya Ayah, jadi selama ini Jimin tidak lagi bercermin seluruh badan, hanya wajahnya saja.

Seperti yang kini tengah dilakukannya. Duduk berpangku dagu, memperhatikan wajahnya yang terpantul dalam cermin. Dahinya tidak terlalu memar seperti kemarin-kemarin, tapi masih kelihatan merah sedikit.

Jimin menyentuhnya, sudah tidak terlalu sakit. Cuma menganggu penampilannya sedikit. Letaknya ditengah-tengah pula, memerah yang tampak lumayan besar. Coba Jimin jauhkan wajahnya dari cermin, ia menggese kursinya sedikit lebih kebelakang. Ya, kira-kira kalau jaraknya satu atau setengah meter, tidak begitu kentara merahnya. Cuma kalau dalam jarak dekat saja pasti menimbulkan tanya penasaran.

Kata Dokter Hee-Soo, harus rajin diberi salep supaya cepat hilang memarnya. Jimin menurut, mengikuti apa yang Dokter Hee-Soo sarankan. Ia mengoleskan obat yang diberikan Dokter Hee-Soo setiap pagi, siang dan malam.

Sekarang juga Jimin lakukan, ia mendekatkan dirinya lagi ke cermin. Mengambil tube obatnya dari dalam laci. Mengeluarkannya sedikit ke ujung jari, lalu mengoleskannya didahi dengan hati-hati.

Jimin tidak tahu, tapi saat ia melakukannya waktu itu, tidak ada apapun yang mampu ia rasakan.

Kebanyakan orang punya insting untuk menghindari rasa sakit. Berhati-hati supaya tidak jatuh, tidak terbentur, tidak terpukul, atau apapun yang menimbulkan rasa sakit yang tidak kira-kira. Tapi Jimin justru memilik dorongan untuk melakukannya kebanding menghindarinya. Tidak ada ketakutan kalau akan terluka, berdarah, atau benjol, Jimin melakukannya tanpa berpikir dua kali.

'Semakin tidak normal saja aku ini.' bingung, tapi memang itu yang Jimin rasakan.

Lalu tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Membuat Jimin menghentikan kegiatan mengobati diri sendiri yang tengah ia lakukan. Antensinya justru berfokus pada kedatangan Taehyung yang terlihat dari cermin. Saudara tirinya itu langsung menubrukkan tubuhnya pada Jimin, memeluknya dari belakang.

Bodoh sekali, Jimin marah jadinya, "Yya! Lepas Taehyung, apa-apaan kau ini."

"Sebentar saja Jim. Sebentar."

Memaksa sekali, Jimin tidak terima. Ia mencoba melepaskan diri dari rengkuhan Taehyung. Mendorong orang itu supaya menjauh, "Lepas Taehyung, atau aku pukul nanti!"

Tapi Taehyung tidak bergeming sama sekali. Tetap pada posisinya yang semakin erat memeluk Jimin, 'Gila, kerasukan apa orang ini.' semakin kesal saja Jimin, sampai berteriak marah, "Argh! Lepas Taehyung, kau tuli huh!"

Tanpa JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang