Tembus 571 Kata
°•°•°
Jimin merasa tidak pernah diterima, selayaknya bayangan yang tidak punya kepentingan. Ia macam tembus pandang, fana, atau mungkin memang tidak ada wujudnya, tidak tampak sama sekali. Ia mendapat pengabaian yang cukup luar biasa dari Ayahnya, tapi dipikirnya diluaran sana tidak tahu bagaimana hidup Jimin sebenarnya, jadi mungkin saja akan ada banyak pengakuan akan presensinya.Banyak orang yang mencari peralihan diluar, mereka kelihatan mendapat kesenangan dimata Jimin.
Tapi hidupnya tidak normal. Tidak ada pelarian buatnya. Bahkan ia tidak punya teman untuk saling bertukar gurauan, melepas lelahnya pemikiran. Lain dengan Taehyung yang terlihat begitu riang bercengkrama dengan teman-teman dikantin sekolah. Gelak tawa yang terdengar renyah.
Jimin tidak bisa begitu, disamping dirinya yang kesulitan berbaur sebab tidak percaya diri. Memang lingkungannya juga tidak menerimanya, enggan memberi Jimin ruang untuk jadi pribadi yang berkembang. Semakin tenggelam saja Jimin dalam insecurity yang ia rasakan. Tidak punya keberanian untuk memulai, dan tidak punya kesempatan.
Jimin tidak jadi menikmati makan siangnya. Belum ia sentuh sedikitpun pakai ujung sumpitnya, malah ia tinggalkan dimeja kantin begitu saja. Tidak berselera, harusnya tumis sosis jadi menu yang menggugah. Tapi tidak.
Langkah kakinya dibawa memasuki perpustakaan. Mengambil buku secara asal, tapi tetap Jimin baca meski di loncat-loncat halamannya.
Setidaknya suasana perpustakaan jauh lebih tenang dari kantin. Pemandangan yang membuat hatinya damai, melihat orang orang jenius sedang menambah wawasan dibalik meja-meja baca mereka.
Tapi ketenangannya tidak berlangsung lama. Sebab ia merasa ada seseorang yang datang dan menempati ruang kosong disampingnya.
Satu kotak kimbab tersuguh didepannya. Dari tangannya saja Jimin sudah tahu kalau itu Taehyung.
"Kau makan saja Jim. Nanti aku tutupi pakai buku supaya tidak kelihatan orang." Sebab sudah jelas peraturannya, 'Dilarang makan didalam perpustakaan' tapi menurut Taehyung, soal Jimin emergency. Perut saudaranya itu harus diisi tepat waktu, tidak boleh telat. Atau lambungnya akan berulah lagi nanti.
Jimin menarik kembali buku yang diambil Taehyung, 'Kenapa juga dia harus kesini. Ilmu apa yang dia punya sampai tahu kalau aku disini. Sialan.'
Menggeser duduknya menjauhi Taehyung, mengabaikan sekotak kimbab.Tidak pantang menyerah. Taehyung ikut menggeser duduknya, mengikis jarak untuk Taehyung, "Ini bukan buatan Ibu. Aku membelinya di kantin tadi." Tepat setelah Taehyung melihat Jimin pergi dan juga melihat tray makan siang Jimin yang masih penuh, tidak berkurang sedikitpun.
Jimin tidak merespon. Ia terus membaca bukunya meski tidak paham yang dibahas itu apa. Pikirnya, daripada meladeni Taehyung, lebih baik berkutat dengan isi buku yang membingungkan.
"Makan sedikit saja, Jim. Sesuap juga tidak apa-apa." Taehyung menyuguhkan kembali sekotak kimbab yang ia bawa, "Sedikit saja."
"Minggir, Tae. Gerah." Mendorong Taehyung dengan sikunya. Supaya ada jarak diantara mereka.
"Makan dulu, baru aku pergi. Aku janji tidak akan mengganggumu, tapi aku ingin melihatmu makan dulu Jim." Kali ini Taehyung membuka tutup kotaknya. Ia mengambil buku yang tengah Jimin baca. Berniat menjadikannya tameng supaya tidak ada yang lihat.
"Aku tidak lapar."
"Tapi lambungmu tidak bisa begitu."
"Aku mual Taehyung, tidak bisa."
"Mau minum obat dulu? Biar aku ambilkan di ruang kesehatan." Taehyung memaksa, tapi ini demi kebaikan Jimin. Ia melakukan hal yang benar, letak keras kepalanya ada ditempat yang tepat.
"Iya, ambil dulu sana." Ucapan Jimin dianggap lampu hijau oleh Taehyung. Saudara tirinya itu langsung berdiri, "Cepat Tae, sebelum aku muntah."
Setelah sekiranya Taehyung sudah sampai setengah jalan. Jimin keluar dari perpustakaan. Pergi ke tempat dimana Taehyung tidak akan bisa menemukannya, tidak akan mengganggunya.
Meninggalkan sekotak kimbab yang terbuka tutupnya, dibiarkan tersentuh suhu ruang.
°•°•°
Kalian kalau baca di Wattpad lebih suka mode dark atau mode light?
Written by
Minminki
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Jeda
Fanfiction[Tanpa Jeda] Tahu tidak? Jimin rindu, sangat rindu sampai jiwanya lepas entah kemana. Bukankah Taehyung harus bertanggungjawab? Karenanya Jimin benar-benar akan sekarat. [20240201] Minminki