Hayy!!
Im back again👋😉
Gak usah banyak kidding, let's reading!
Enjoy your reading readers!💜•••
Suasana di kelas menjadi hening, karena hari sudah sore semua siswa menjadi kurang semangat.
Tak terkecuali Zianny yang duduk di kursi nomer dua dari depan, gadis itu menyandarkan kepalanya di meja.
Pulpen di tanganya sedari tadi dia putar-putar untuk sekedar menghilangkan rasa bosan."Zarr, kapan selesainya sih matematikanya. Lagian siapa yang ngide naruh matematika di jam terakhir, otak gue udah bego ditambah ngantuk mana masuk tuh pelajaran."
Zahra yang masih asik mendengarkan guru didepan, tertawa melihat temanya itu.
"Sstt, Juwan! Heh babuuu!!"
Darine sedikit memutar tubuhnya kebelakang, gadis berambut sebahu itu berbisik memanggil pria yang duduk dibelakangnya dengan tanganya yang menopang wajahnya.
"Ck, apaan??"
Pria itu menatap gadis yang memanggilnya malas, matanya terlihat mengantuk. Dasinya sudah kendur, tak serapih tadi pagi.
"Habis ini anterin gue beli buku, kalau enggak-"
"Iya."
Setelah mengatakan itu Juwan kembali menopang wajahnya dengan tanganya, lalu kali ini dengan memejamkan matanya.
Darine tersenyum puas mendengarnya, sekalian hemat ongkos transport katanya.
Waktu yang ditunggu-tunggu para siswa, bel tanda waktu pulang telah berbunyi. Setelah guru mengucapkan salam dan meninggalkan kelas, para siswa juga bersiap memasukkan barang-barangnya kedalam tas untuk pulang.
"Bu Puji kejam banget, baru masuk udah dikasih PR seabrek!"
Lulu menghela nafas, wajah gadis itu lesu. Kini mereka berempat berjalan beriringan menuju parkiran.
Pip!
" Dengan Nona Oceane?"
Motor vespa metic warna biru muda berhenti di depan mereka. Pengemudinya tak lain adalah Aksara Samudera, pria itu tersenyum manis.
Lalu menyerahkan satu helm pada Zahra."Ojek lo udah nyampe tuh!"
Zianny menyenggol bahu Zahra, membuat gadis itu menatapnya tajam.
Setelah memakai helm, Zahra naik ke Vespa yang dikemudikan oleh Aksara."Selamat tinggal wahai rakyat-rakyat jelata, kami akan mulai berkelana."
Setelah mengatakan itu, Aksara cepat-cepat melajukan vespanya takut-takut akan dikeroyok. Zahra melihat raut wajah teman-temanya yang ingin memukul Aksara, gadis itu tertawa lalu melambaikan tangan kepada mereka.
Motor Vespa warna biru muda itu melaju meninggalkan gerbang sekolah SMA Generasi Brilliant."Gue duluan ya, bye!!"
Zianny melambaikan tangan, lalu berjalan menuju mobil berwarna hitam yang pengemudinya tak lain adalah kekasihnya.
Danny sempat mengirimkan pesan untuk menjemput Zianny di sekolah."Take care Zii!"
Lulu dan Darine kompak melambaikan tangan."Hehe Lu, gu-"
"Iya, sok pergi sanaa!"
Belum sempat berpamitan, Lulu sudah menghempaskan tanganya tanda mengusir Darine pergi.
Sebelum pergi, Darine mencubit kedua pipi Lulu gemas. Hal itu membuat Lulu menghela nafas, lalu memegangi pipinya yang agak ngilu."Junkyu lo kapan mau dateng ke kehidupan gue? Ayolah bro jangan tidur mulu, yaelah males bangett anjir."
Gadis itu berjalan sambil menggerutu, kakinya menendang-nendang kerikil yang didepanya.
Sampai-sampai idol korea selatan yang katanya adalah pacarnya itupun ia marahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Could Anyone Hate The Rain?
JugendliteraturStory seorang gadis bersama kekasihnya yang usianya terpaut 7 tahun, hubungan mereka mulai renggang akibat kurangnya komunikasi. Danny Wiratama yang notabenya adalah penerus perusahaan ayahnya menjalani kehidupan yang sibuk, sedangkan Zianny Daneswa...