05. midnight

86 59 19
                                    

Hai Haii yeorobun!!
I'm back again
maaf membuat menunggu, calm down, i'm here.
Sudah siap ikut menjelajahi dunia fantasi ini denganku??
Really ready?
Jinjja??
Ada yang mau disampein ke authornya gak nih?
Kalau ada silahkan komen guys.
Tak perlu banyak kidding, gajja!
Happy reading chingu-yaa!!!💜

•••

Makan malam itu terus berlanjut, suara dentingan sendok dan garpu beradu terdengar nyaring.

"Sering-seringlah datang Zianny, omah senang sekali kalau kamu datang."

Zianny tersenyum canggung.

" selagi Zia disini, Zia bakal sering main omah."

Gadis itu menunjukkan senyum manisnya. Danny disampingnya pun tersenyum mendengar ucapan kekasihnya.

" Oh iya, teman-teman Zianny juga satu sekolah di Jakarta?"

Kini omah beralih bertanya kepada tiga gadis yang duduk bersampingan tepatnya di sebelah kirinya.

"Iya omah, bahkan satu kelas." Darine yang menjawab.

" Wah kalian satu angkatan ya sama Dean, dulu Dean hampir bersekolah di Jakarta namun waktu itu ayah dan mamanya berada disini mengurus bisnisnya kala itu."

Malam itu mereka berbincang-bincang, sesekali tertawa oleh candaan Dean yang terkadang kurang lucu, pada dasarnya Dean tak mumpuni dalam hal melawak atau jokes. Yasudahlah lagipula serakah kan tidak baik, Sudah dianugerahi wajah tampan dan otak yang cerdas kalau ditambah humoris rasanya serakah sekali.

Setelah selesai makan malam, terakhir mereka dihidangkan makanan penutup, kali ini adalah puding mangga. Pipi Dean menggelembung penuh dengan puding kesukaanya.

Darine di depanya menahan gemas. Ingin sekali jari telunjuknya menyentuh pipi lelaki di depanya. Tentu saja ia urungkan niatnya itu.

Walaupun sebenarnya di dalam hatinya menjeritt " yaAllah lucu banget! Kemasan sachet! Anak jurig! emang boleh selucu inii??!!!" Rasanya ingin sekali memasukanya ke karung.

Semua yang di meja makan bersenda gurau, walaupun baru bertemu namun mereka mudah akrab.
Namun Lulu berbeda, meskipun ikut tersenyum entah mengapa hatinya terasa ada yang mengganjal, matanya sesekali memandang ke arah Arjuna tadi pergi.

Setelah makan malam usai, omah sempat menawarkan untuk menginap saja namun Zianny dengan halus menolaknya.

Namun sebelum Zianny pergi, Danny membawanya ke taman rumahnya. Disana ada beberapa pohon palem, lampu taman yang berjajar juga kursi panjang yang kini diduduki sepasang kekasih itu.

Mata lelaki itu menatap mata cantik gadis di sampingnya, dalam sekali. Danny sangat rindu dengan kekasihnya ini.

Bagaimana tidak, beberapa minggu lalu mereka lost contact. Seperti yang kalian tahu Zianny marah kepada Danny dan memblokir semua sosmednya.

" maaf ya kak, kemarin aku kekanak-kanakan banget kan? Harusnya aku yang lebih ngerti kamu."

Zianny menatap sendu mata lelaki di sampingnya.

" hey, kan udah aku bilang aku ngerti, harusnya aku lebih prioritasin kamu kan."

Entah mengapa mata Zianny memanas, butiran air matanya jatuh. Danny yang melihat itu pun langsung menangkup wajah kekasihnya.

" Gapapa sayang, aku sempet marah sama kamu, tapi rasa rindunya lebih besar deh kayaknya."

Ibu jarinya mengusap air mata Zianny yang terus jatuh di pipinya, lalu
Danny melebarkan tanganya.

How Could Anyone Hate The Rain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang