Enjoy your reading•••
gerbang SMA Generasi Brilliant terbuka lebar, siap menyambut siswa-siswi berseragam putih abu-abu dengan wajah ceria mereka. Mobil orangtua siswa silih berganti, mengantarkan putra-putri mereka dengan senyum yang mengembang. Tak sedikit pula motor yang memasuki gerbang, atau hanya sekedar berhenti sesaat sebelum pergi dan melambaikan tangan pada putra-putrinya. Tak ketinggalan segerombolan siswa-siswi yang keluar dari kendaraan umum, dengan menggendong masing-masing ransel mereka.
"maaf kak, bajunya bisa dimasukkin?"
seorang siswi menahan seorang lelaki bertubuh tinggi, penampilanya agak berantakan. baju yang keluar, rambut acak-acakan, dasinya yang miring. Sungguh, dia berbeda dengan murid SMA Generasi Brilliant lainya. Dia, Hastanta Naradipta shankara.
Lalu, dikedua sisinya Liam dan Willy menggendong ransel di salah satu bahu mereka. Tak lupa tanganya yang dimasukkan kedalam saku, paras mereka tak kalah tampan dari Atta.Merasa diacuhkan gadis itu menghadang Atta, dia berdiri tepat didepan lelaki tanpa ekspresi itu.
"Move aside or..."
(Translate : minggir atau...)
Gadis itu menggigit bibir bawahnya karena sedikit gemetar. Bagaimana tidak, lelaki didepanya memiliki tatapan yang tajam. Meski saat berbicara tak menatapnya sama sekali.
"Lo anak pks baru?"
Willy menatap gadis yang menghadang mereka. Gadis itu menganggukkan kepala. Di lengan sebelah kirinya terdapat bet yang menandakan dia kelas 10.
"Eh Lin, biarin mereka masuk"
Salah seorang seniornya menarik lenganya, membuatnya kebingungan.
Sedangkan ketiga lelaki itu berjalan melewatinya begitu saja."Kenapa kak? Aku ada salah? kan kakak itu bajunya gak rapih, ya aku tegur"
"Aduh gimana ya jelasinya, dia Atta 12 IPS 2. Dia hampir gak pindah kelas, padahal dia sering ikut olimpiade mewakili sekolah. Walaupun dia over bandel, tapi banyak yang segan sama dia"
Seorang gadis yang dilengan sebelah kirinya terdapat bet yang menandakan dia kelas 12 itu mencoba memberi pengertian pada juniornya.
"Beneran kak? t-tapi Penampilanya yang awur-awuran itu, gak boleh ditegur?"
dengan hati-hati dia bertanya."Pak Santoso aja dia debat, apalagi kita yang cuma pks lin"
Alin mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Dia kembali pada posisinya mencermati kelengkapan seragam siswa-siswi yang datang. Sedangkan seniornya menepuk bahunya dengan senyum sebelum pergi."Pagii kak Zahraa!"
"Pagiii Alin, eh kamu satu kelas sama Sera kan? Boleh nitip proposal gak?"
Zahra yang yang social butterfly itu langsung menyapa Alin saat dia datang. Gadis yang rambut panjangnya digerai itu membawa proposal kegiatan disnatalies di tanganya.
"Boleh banget kak"
"Minta tolong ya lin, terimakasih"
Sebelum pergi Zahra tersenyum ramah pada adik kelasnya. Kemudian dia kembali melangkah melewati lorong-lorong kelas. Namun, baru saja hendak melangkah pada pijakan anak tangga pertama lalu...
"ZAHRAAA!!!"
Dua orang gadis mengagetinya. Darine dan Lulu tiba-tiba saja muncul dari balik dinding tangga yang akan dinaiki Zahra. Entah semalam dia mimpi apa, pagi-pagi kesabaranya sudah diuji oleh dua bokem ini. Dia memejamkan mata dengan tanganya yang memegangi dadanya karena terkejut. Kedua gadis didepanya sudah memegangi perut mereka karena tertawa. Zahra memilih berjalan melewati keduanya, dengan telinganya yang ia tutupi dengan jarinya karena kebisingan yang mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Could Anyone Hate The Rain?
Ficção AdolescenteStory seorang gadis bersama kekasihnya yang usianya terpaut 7 tahun, hubungan mereka mulai renggang akibat kurangnya komunikasi. Danny Wiratama yang notabenya adalah penerus perusahaan ayahnya menjalani kehidupan yang sibuk, sedangkan Zianny Daneswa...