Hayy Hayy Chingu-yaa!🤗
I'm back again!
Seperti biasa gak usah banyak kidding, let's reading!
Enjoy your reading yeorobun, neomu saranghae!😉•••
Karena sudah sangat larut malam mereka semua beristirahat di villa. Keempat gadis itu sudah berada di kamar mereka. Mereka sudah berganti piyama yang disediakan di villa, seperti yang kalian tahu mereka tidak tahu akan bermalam di villa.
"Besok udah balik aja kita."
Darine berbicara kurang jelas, pasalnya mereka semua sedang menggunakan sheet mask. Gadis itu duduk di kasur yang di tempati Lulu, entahlah kedua gadis itu seperti botol dan tutupnya. Kalau ada Darine pasti ada Lulu, jadi jangan heran lagi ya.
"Sukaa banget sih disini, tapi gue kangen Aksa."
Zahra duduk di depan cermin dengan ponselnya, gadis itu sedang berbalas chat dengan Aksara.
Sesekali gadis itu tersenyum, pria yang bernama Aksara Samudera terkadang melontarkan jokes-jokes yang meruntuhkan humornya."Iya sih, gue kangen anak gue dongdong, kangen nguyel-nguyel dongdong embul!"
Raut wajah Darine berubah, gadis itu rindu bermain dengan kucing oren yang katanya adalah anaknya."Kangen dongdong apa Ju-"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, jari telunjuk Darine di depan bibir Lulu menghentikan ucapanya.
Lulu menampik tangan gadis di sebelahnya."Mulai deh!"
Zianny yang sudah meluruskan tubuhnya di kasur bersuara, gadis itu sedang membalas omelan dari kekasihnya. Ya, Danny masih uring-uringan karena sikapnya tadi."Aduh haus lagi gue, masa harus turun ke dapur sih."
Gadis di samping Darine melirik ke gadis di sebelahnya, gadis itu mengkode Darine agar mengantarnya. Jari telunjuknya menoel-noel lengan gadis di sebelahnya."Kenapa, lo takut? Lah biasanya lo paling berani tuh."
Darine bersedekap dada, pandangan matanya tajam menatap gadis dengan bandana masker warna putih di kepalanya."Ini beda dari kora-kora, kalau gue di cimit sama jurig gimana?"
Kedua tangan gadis itu terangkat membuka telapak tanganya dramatis. Lalu menghempaskan rambutnya ke belakang."Jurignya gak mau sama lo! bocil kayak lo ngerepotin doang nanti."
Darine tertawa meledek, tanganya mendorong tubuh mungil gadis yang kini menatapnya tajam."Ck yaudah sih, bisa kok gue sendiri, let's see!"
Gadis itu melangkah keluar kamar dengan langkah kecilnya, pura-pura berani padahal dalam hatinya juga sebenarnya was-was.Saat menutup pintu kamar, gadis itu menelan salivanya dengan susah payah. Tanganya memegang dadanya, gadis itu menarik nafas panjang untuk mengatur detak jantungnya.
"Lo berani lu! kecil-kecil gini jangan salah, berani kok gue. Y-ya walaupun gemeter dikit sih."
Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, dengan meyakinkan dirinya gadis itu mulai menuruni satu per satu anak tangga.
Satu per satu anak tangga telah gadis itu turuni, kini tinggal berjalan ke kiri untuk sampai di dapur. Gadis itu tersenyum bangga pada dirinya, dia bisa menghela nafas sedikit lega.
"Gak ada apa-apa, kecil ini mah!"
Lulu menghempaskan rambut panjangnya ke belakang. Agak tengil memang.
Gadis dengan piyama warna navy itu melangkah, sesekali tanganya membenarkan sheet mask di wajahnya."Permisi, Lulu cuman mau ambil minum! Gak akan ganggu kok, apalagi gigit hehe"
Yang ada jurignya rabies kalo kamu gigit lu (author).Dia menuangkan air putih di gelas.
Dengan agak susah payah gadis itu menaiki kursi yang memang lumayan tinggi bagi dirinya. Gadis itu sudah duduk di kursi yang berjajar di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Could Anyone Hate The Rain?
Novela JuvenilStory seorang gadis bersama kekasihnya yang usianya terpaut 7 tahun, hubungan mereka mulai renggang akibat kurangnya komunikasi. Danny Wiratama yang notabenya adalah penerus perusahaan ayahnya menjalani kehidupan yang sibuk, sedangkan Zianny Daneswa...