35. tempat tinggal baru

14 5 0
                                    

"Hidup bukan tentang menang atau kalah, siapa paling keren, diremehkan atau meremekan, semakin kamu meninggi belum tentu semua orang suka. Meningkatkan kualitas diri lebih penting, daripada sibuk berkompetisi"

Enjoy your reading

•••

Minggu pagi, halaman rumah Yusril sudah bising oleh rengekan kedua putranya. Mobil hitam sudah terparkir di halaman, barang-barang keduanya bahkan sudah berada di bagasi.

Raut wajah Atta lesu, "pih yang lain ya hukumanya, emm bantuin pak heru nyuci mobil sebulan gak apa-apa deh", bujuk pria itu pada papinya. Sedangkan Abinawa sudah pasrah, dia tahu keputusan papinya tidak akan pernah berubah.

Yusril berdiri di samping Shinta dengan bersedekap dada, "enak saja, itu mudah sekali. Sudahlah bro, lakukan saja apa yang papi perintah", jawab Yusril kepada anak sulungnya yang kini menatapnya malas.

Pak Heru yang mengenakan seragam hitamnya memutari mobil dan menghampiri majikanya, "mobilnya sudah siap tuan, mau berangkat sekarang?" Tuturnya kepada sang tuan.

Abinawa menghampiri wanita yang berdiri disamping papinya dan memeluknya, "mih ini adek juga ikutan diusir? Memang dunia ini keras ya, kejam", ucapnya dengan raut lesu menatap maminya. Kata-katanya terkesan lebay memang, maklum saja walau beda hanya 8 menit saja Abinawa tetaplah anak bungsu di keluarganya.

Atta bergidik ngeri mendengar ucapan Abin, "Najis, lebay lo!", sarkasnya. Tentu saja dia mendapat tatapan tajam dari Abinawa.

"Keluarin semua kartu yang papi kasih, kalian bawa cash yang papi kasih dan tidak boleh minta lagi. Untuk transportasi kalian sekolah nanti kalian bakal tau", tentu saja Abin dan Atta terperanga mendengar ucapan papinya.

Baru saja hendak menolak namun, tentu saja lagi-lagi hasilnya nihil. Kedua saudara itu menuruti saja perintah sang papi.

"Tolong antarkan kedua anak nakal ini pak Heru, pastikan sampai ke tempat yang saya beritahu"
Perintah Yusril pada pak Heru, supir keluarganya.

Heru menangguk, "Baik tuan, kalau begitu saya permisi", ucapnya dengan membungkuk sebelum masuk kedalam mobil.

Abin berjalan mendahului Atta masuk ke dalam mobil, "gara-gara lo ya kampret". Ucapnya lirih saat berpapasan dengan Atta.
Karena kesal Atta berjalan cepat mengejar Abin dan kakinya sengaja ia pasang didepan Abinawa. Hampir saja Abinawa terhuyung ke depan, jika tubuhnya tak cepat merespon sinyal bahaya.

Atta berlari masuk kedalam mobil dengan tertawa puas, "mampus lo hahaha!".

Abin menggertakan giginya kesal,"awas lo babii!". Pria itu berlari menyusul Atta kedalam mobil.

Kaca mobil belakang terbuka menampakkan Atta yang melambai ke arah maminya. Shinta tersenyum membalas lambaian putranya.

Abinawa yang masih kesal menoyor kepala Atta, "rasain tuh babii!". Lalu Atta menarik kerah baju yang dikenakan Abin. Shinta menghela nafas ketika mobil hitam itu meninggalkan halaman rumah.

Shinta menatap suaminya sembari berjalan bersampingan ke dalam,"Disana mereka bakal baik-baik aja kan pi?", ucapnya khawatir.

Yusril menganggukkan kepalanya, merangkul bahu istrinya, "tentu saja sayang, mereka putraku tidak mungkin aku membahayakan mereka. Hanya saja mereka perlu dididik agar tidak menyimpang lebih jauh lagi" , ucap Yusril menenangkan sang istri.

How Could Anyone Hate The Rain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang