Holla!
I'm back again hihi😉
Gak usah banyak kidding, let's reading!
Enjoy your reading!•••
Suara bising terdengar dalam sebuah ruangan yang sedikit akan cahaya, hanya ada beberapa lampu bercahaya warna-warni yang memutari setiap seluk ruangan dan orang-orang yang menari-nari menikmati alunan musik.
Seorang pria dengan kemeja lengan pendek, yang kancing paling atasnya dibuka 2 biji itu asik memejamkan mata sembari meneguk satu gelas berisi minuman yang ia dapatkan dari bartender.
"Mahesa, Danny udah lama gak ikut seneng-seneng sama kita, lo telpon gih!"
Pria yang kerap dipanggil Jayden itu menyandarkan tubuhnya pada sofa, pria itu menelentangkan tanganya pada sandaran sofa yang ia singgahi.
"Alah itu bocah udah naiff, dia bukan lagi Danny yang kita kenal."
Satu ujung bibir mahesa tertarik keatas, tanganya menuangkan minuman kedalam gelas kecil di depanya. Pria dengan leather jacket warna hitam yang melekat pada tubuhnya itu hampir kehilangan kesadaranya akibat terlalu banyak minum.
Pandangan Jay kini teralihkan pada Mahesa, pria itu menyugarkan rambutnya kebelakang lalu mendudukkan dirinya tegap.
"Segitu doang udah k.o? Bangsat payah banget najis!"
Dengan kesadaran yang bahkan hampir hilang, Mahesa membuka matanya perlahan lalu menegakkan tubuhnya dan menatap tajam pria disampingnya.
Tanganya terangkat mencengkeram erat kerah baju yang dikenakan Jayden, namun tak lama kemudian tubuh Mahesa kembali bersandar pada sofa. Jayden menghela nafas, dan merapihkan kerah bajunya yang lucek akibat pria disampingnya yang kini sudah tepar."Diantara kita semua, daridulu memang Danny yang toleransi alkoholnya paling banyak."
Jayden menggelengkan kepala melihat Mahesa yang kini tertawa sendiri memegang botol ditanganya. Sungguh, Jayden ingin membuang mahesa sejauh mungkin.
Setelah meneguk segelas kecil minuman ditanganya, mata Jayden memicing melihat seseorang yang familiar. Pria itu memiringkan kepalanya, dia ingin memastikan yang dilihatnya benar atau hanya ilusinya.
Pria bertubuh tinggi yang berdiri didepan bartender sepertinya sedang memesan minumanya.
Pria itu berjalan santai, lalu duduk di salah satu sofa yang kosong. Pria itu mengenakan masker hitam, lengkap dengan topi di kepalanya."Ini mata gue yang salah atau..."
Degg!
Tubuh Jayden mematung, mulutnya terbuka ketika objek yang dipandangnya membuka masker hitam di wajahnya.
Gelas di tanganya ia letakkan diatas meja, ia hendak memberi tahu Mahesa namun ia urungkan melihat kondisi Mahesa yang sudah demikian, tak ada gunanya juga memberi tahu."Arghhh, Mahesa sialan!
Jayden menatap kesal pria disampingnya, lalu ia mengeluarkan ponselnya yang berada di sakunya dan membuka kamera.
•••
Dari atas balkon apartmenya, mata Danny menatap gedung-gedung tinggi ibukota. Dengan cangkir kopi yang masih mengepul di tanganya, pria itu bersandar pada pembatas balkon.
Raut wajahnya tampak gusar, jarinya mengetuk-ngetuk cangkir yang dia pegang. Hari ini, dia akan memberi tahu Zianny kalau dirinya akan pergi ke Singapure. Minggu depan ia berangkat, dan dia belum memberi tahu gadisnya.
Drtt!
Drtt!Dering ponselnya membuat ujung bibirnya terangkat. Segera ia geser ikon hijau pada ponselnya, suara gadis diseberang sana sudah menyerocos saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Could Anyone Hate The Rain?
Teen FictionStory seorang gadis bersama kekasihnya yang usianya terpaut 7 tahun, hubungan mereka mulai renggang akibat kurangnya komunikasi. Danny Wiratama yang notabenya adalah penerus perusahaan ayahnya menjalani kehidupan yang sibuk, sedangkan Zianny Daneswa...