34. konsekuensi twins

8 4 0
                                    

"Lihatlah sekelilingmu, sekecil apapun itu akan terasa berharga ketika telah lenyap darimu"

Enjoy your reading
•••

Zianny membuka matanya setelah terpejam semalaman, cahaya matahari menembus jendela apartmen. Ia merasa perutnya berat, sesuatu bersinggah disana. Danny memeluknya dari belakang, pria itu masih nyaman dalam tidurnya. Gadis itu berbalik badan menghadap kekasihnya, ditatapnya wajah damai sang kekasih.

Tangan Zianny terangkat menelusuri setiap sudut wajah pria disampingnya. Hidung, kemudian menyentuh bibirnya sekejap. Sudut bibirnya terangkat, dia masih memandangi kekasihnya dengan tangan yang menopang wajahnya.

"Ganteng bangett, untung udah jadi punyaku"
Gadis itu berucap sangat lirih.

Sedetik kemudian Zianny dikejutkan dengan Danny yang menariknya kembali kedalam dekapanya. Jarak yg sangat dekat membuat deru nafas pria itu terasa menerpa pucuk kepalanya.

"Yes, i'm your's baby"
Danny berkata dengan suara berat khas bangun tidurnya.

"Sana ah, kamu masih bau alkohol"
Zianny melepas dekapan Danny.

Gadis itu kini duduk di tepian kasur, mengikat rambutnya dengan ikat rambut yang semalaman berada di pergelangan tanganya.

"Tadi bilang apa?"
Danny menyisir rambutnya kebelakang dengan tanganya, lalu mendekati gadis yang duduk membelakanginya. Matanya belum terbuka sepenuhnya, kepalanya pun terasa pening akibat semalam.

Zianny tak mengindahkan ucapan kekasihnya, gadis itu mengenakan sandal tipis warna putih yang berada di apartmen Danny lalu berjalan menuju kamar mandi. Danny masih mengomel dan membuntuti di belakangnya.

"Jangan pikir aku gak marah sama kamu ya kak"
Zianny berbalik badan mendadak, membuat Danny ikutan berhenti di belakangnya.

"Iyaaa sayang, kamu berhak marah. Pukul aku juga gapapa, asal jangan diemin terus pergi tanpa ngasih tau kayak waktu itu. Aku gak suka"
Wajah pria itu memelas menatap gadis yang sudah berjalan menuju wastafel kamar mandi. Dia masih setia membuntuti kekasihnya.

"Aku juga gak suka kak Dann drunk kayak semalem ya!"
Gadis itu kembali kesal mengingat semalam, netranya menatap tajam kekasihnya. Kedua tanganya mengepal disamping tubuhnya.

Danny menggenggam kedua tangan milik Zianny, "Sorry babe, janji itu yang terakhir".

gadis di depan Danny menghela nafas lalu menangkup wajah Danny, "promise?". Pria didepanya mengangguk gemas dengan mata yang menyipit ketika tersenyum.

"Sini kamu"
Zianny menarik tangan Danny.

keduanya berdiri didepan kaca. Suara gemericik air dari wastafel saling bersautan dengan tawa. Wajah keduanya penuh busa akibat dari sabun cuci muka yang dikenakan. Sesekali Danny menautkan hidungnya dengan hidung Zianny dan bergerak kekanan kekiri membuat gadis didepanya tertawa geli.

•••

Sementara itu, di kediaman Atta dan Abinawa suasana sangat dingin dan mencekam. Di halaman rumah dua lantai berdesain modern itu terparkir mobil hitam yang jarang sekali terlihat. Mobil itu milik Yusril Naradipta Shankara. Lelaki berusia 40an yang selalu mereka panggil papi.

How Could Anyone Hate The Rain?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang