Tolong hidupin data internet yaaa (sorry for low quality image)
CW // Harsh Words
TW // Family Issue, Anxiety***
Dibanding weekend, Birru lebih menyukai weekdays.
Terlebih pada jam-jam kerja. Seperti saat ini, ketika dirinya baru saja memasuki gerbong MRT yang sepi. Hanya ada sekitar enam sampai tujuh orang yang semuanya memilih baris tempat duduk berbeda. Demi mendapatkan posisi paling ujung, agar bisa menyandarkan kepala pada kaca pembatas. Birru juga melakukan hal yang sama; sambil mendengarkan lagu-lagu Sherina Munaf, bergumam pelan di kepalanya sendiri.
Jam makan siang sudah berlalu setengah jam yang lalu. Restoran-restoran viral ini mulai sepi lagi-sebelum nanti jam pulang kantor mulai menyerang. Tidak ada antrean panjang yang Birru benci. Dia bisa langsung masuk dan memilih tempat yang diinginkan. Lalu, poin paling pentingnya adalah, Birru tidak harus merasa iri saat matanya tidak sengaja mengamati kelompok yang sibuk tertawa di sela obrolan seru mereka.
Sendiri itu nggak buruk, sumpah. Tapi, kalau punya teman ngobrol, pasti bakalan lebih seru.
Untuk seorang introvert yang sering takut duluan membangun percakapan dengan orang asing, Birru justru suka sekali dengan quality time. Bersama orang-orang terdekatnya, Birru menjelma menjadi sosok yang oversharing. Tapi, masalahnya, di fase kehidupan yang disebut dewasa ini, sulit sekali untuk mencocokkan jadwal. Menyedihkannya lagi, dia hanya punya dua manusia yang bisa diajak hangout; Lili dan Geeta yang super sibuk.
"Hari-hari nungguin Lili libur mulu. Kapan bisa ke Dufan kalau kayak gini???"
Ketika jarinya baru saja membuka file naskah yang harus ia ulas minggu ini, Birru kembali teringat ucapan Ata tempo hari. Dasar manusia yang gampang terdistraksi. Pernah ketemu. Sebelum di MRT. Maka, alih-alih berusaha fokus pada rangkaian narasi yang ada di depan mata, pikirannya malah mengawang.
"Di mana ... kapan ...."
Ia menutup laptop. Ada tugas yang jauh lebih penting. Lebih kepepet deadline. Limit waktu lima hari sudah berkurang menjadi empat. Gawat darurat! Namun, Birru masih belum juga menemukan clue yang bisa membuatnya ingat.
Terlalu pusing. Dia membutuhkan bantuan.
Detik berikutnya, Birru sudah memegang ponsel, mengirimkan pesan tanpa konteks pada sang pemberi tugas. Balasan yang masuk tidak sampai semenit, membuatnya terkikik tanpa sadar. Rasanya seperti menemukan Lili versi laki-laki. Kesannya saja yang dingin. Ujung-ujungnya, pasti akan ditanggapi juga. Congrats! Silakan ucapkan selamat kepada Lili yang berhasil mendapat libur panjang dalam tugas besar meladeni Birru karena sudah ada yang menggantikan.
Juara bertahan itu bisa lengser juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Awan Biru
عاطفيةBirru inget Ata. Yang tampilannya budak korporat banget; rambut berantakan, muka kucel karena terlalu banyak pikiran, kemeja putih yang lengannya digelung hingga siku, tapi jam tangannya mahal. Persis kayak punya Papi. Ata juga inget Birru. Bocah ce...