Chapter 8 | Blocked

36 6 71
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Angin hutan yang terletak di kota Bogor, masih saja menerjang seluruh pepohonan yang diperbanyak oleh daun hijau. Air hujan lebat juga senantiasa mengguyur tanpa ada hentinya, hal tersebut mampu membuat ketiga remaja yang di dalam salah satu tenda lumayan merasakan dingin, walau telah berada di tempat yang terhalang oleh angin serta hujan melanda.

Manik bola mata cantik Flaeyra bergerak untuk menengok ke arah Argharez yang tengah berbaring lemah di alas tidurnya. Nampak jelas, pemuda tampan itu masih memejamkan matanya usai menerima rasa sakit yang menusuk raganya.

'Kasihan, Argharez ...'

Rhayzaen yang sibuk bermain game online di ponselnya, berdecak karena terusik gara-gara mendengar umpatan gerutu dari Laova. "Lo ngapain, sih dari tadi? Berisik banget, tau!"

"Diem, ah lo! Gak usah banyak nyocot dulu sebelum gue rela menghapus konten video gue yang udah gue buat tadi!" semprot Laova dengan nada kesal.

Flaeyra terkesiap mendengar respons Laova untuk Rhayzaen, bahkan gadis itu sampai menghadapkan kepalanya ke arah sahabat Tomboy barbarnya. "Lho, yakin? Masa mau kamu hapus? Padahal itu hasil konten vlog karyamu. Aku yang memperhatikan gaya kamu tadi, kagum banget karena sahabatku saking kelewat pintarnya."

"Duh, kerasa bener kalo gue lagi ditabrak sama bunga Kadupul raksasa. Makasih ama pujian termanisnya, unyu-ku!"

Rhayzaen menempelkan sisi telapak tangannya di belakang telinga sambil mencondongkan kepala, seolah kurang jelas mendengar pernyataan bahagia dari gadis itu yang berambut cokelat brunette dan panjang terurai.

"Hah? Bunga Dupa?!"

Laova mendengkus sebal, lalu menabok tempurung kepala Rhayzaen yang dilapisi rambut tebal tersebut. "Gunanya punya kuping sejak jabang bayi, apa? Tunarungu ya, lo?!”

Flaeyra membelalakkan kedua matanya terkejut pada aksi Laova terhadap Rhayzaen yang barusan. "Ya ampun, jangan dipukul!" Gadis pelerai debat itu, lalu mengembuskan napasnya pelan. "Menurut yang aku tahu dari artikel kesehatan di dalam laptop, kepala lebih mudah rentan dan sensitif bila terkena pukulan keras atau benturan. Jangan diulangi lagi, lah. Oke? Bahaya."

Laova terperangah dengan mata menawan yang berkedip-kedip. Sepertinya gadis itu baru mengerti bila ada aturan intens yang seperti diungkapkan sang sahabat. Sudah pasti masuk dari artikel kedokteran. Setelah terkejut, ia tertawa hambar usai apa yang dilakukannya.

"Iya-iya, semoga gak aku ulangi. Lagian aku tadi cuman reflek doang, kok!" jawabnya sembari mengusap-usap kepala Rhayzaen di bagian mana yang telah ia pukul pakai telapak tangannya.

Rhayzaen menghela napasnya dengan ikut mengusap kepalanya yang kini terasa panas karena pukulan maut dari lawan jenis memang dahsyat. Sementara Flaeyra yang memperhatikan sikap Laova, menggelengkan kepala bersama senyum simpel.

Perlahan, Argharez membuka dua netra miliknya walau sebenarnya terasa berat untuk dibuka. Lelaki tampan Indigo itu mencoba mengedipkan matanya beberapa kali saat dirinya merasa bukan di tempat asalnya waktu tidur, tetapi tempat asing.

Tidak, bukan asing lagi! Karena berselang detik kemudian, Argharez mengingat tempat yang sekarang ia ada secara mendadak. Ruangan luas dipenuhi tembok halus berwarna cat hitam, lantai semen yang permukaannya dingin. Tempat ini langsung membuat memori otak Argharez berputar cepat ke masa lampau.

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang