Chapter 10 | Demon Star Portal

40 11 10
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Kedua lelaki yang sebelumnya diseret oleh portal nang menghampiri, kini terjatuh di permukaan bawah dengan sangat keras. Bibirnya saling mereka rapatkan waktu merasakan sekujur tubuhnya memar.

"Gak ngotak! Sakit punggung gue, tanggung jawab siapa aja yang udah bawa ke sini!" murka Rhayzaen sambil membangunkan diri dari baringnya.

Argharez memejamkan matanya dengan berupaya bangkit dari posisi telentang usai ia dijatuhkan dari langit. Bukan hanya sakit badan yang pemuda itu rasakan, namun pula kepalanya akibat terbentur.

"Grez!" Sahabatnya yang melihat Argharez kesulitan bangun, lekas memarani cepat untuk mengangkat badannya dari tanah yang permukaannya memang tak lunak nan juga halus, melainkan keras dan kasar.

"Lo oke?" tanya Rhayzaen dengan raut penuh kerisauan.

Argharez membuka matanya lalu menatap wajah sang sahabat di mana jidatnya berkerut bersama ekspresi cemas, ia menganggukkan kepalanya lemah, lalu memalingkan muka pucat ini dari Rhayzaen dan menunduk.

"Yakin? Gimana baik-baik aja kalo lo kayak lagi nahan kesakitan gitu?!"

Mata iris abu autentik Argharez terpaku sebentar waktu ia mendapatkan rasa aura negatif yang berada di sekitarnya, hingga ia perlahan-lahan mengangkat wajah tampannya ke atas. Netranya langsung membelalak lebar dengan detak jantung nyaris henti waktu pandangannya menangkap sosok yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Sebuah satu tangan yang berukuran tak terkira alias raksasa. Karakteristik ciri-ciri dengan banyak tumpasan darah segar, dipenuhi lendir bercium anyir, serta berkuku runcing nan tajam di setiap semua jarinya.

Argharez yang tak ingin sahabatnya terluka, segera mendorongnya kencang ke samping saat sosok tangan gaib itu melancarkan aksinya untuk menyergap mereka. Bertepatan itu juga, lelaki pemilik jiwa pemberani tersebut tangkas menahan lengan sosok tangan astral sebelum ia diberikan kekerasan fisik olehnya.

"Anjir, kenapa jadi gue yang dido–"

Umpatan Rhayzaen terpotong waktu ia menatap tubuh Argharez yang ada di bawah sosok tangan raksasa nang membuat dirinya bergidik ngeri. Di pertengahan itu, sahabatnya berusaha menahan lengan tangan sosok yang hendak melukai tubuhnya dengan sebuah cakaran tajam.

"Tangannya siapa, itu?! Gila! Serem amat!" Sementara Argharez yang masih berupaya maksimal menahan dengan perlahan telapak tangan raksasa tersebut turun ke leher manusia lelaki itu dan membelenggunya erat untuk mencekik alat pernapasan yang masih tersimpan di dalam tubuh Argharez.

Pemuda Indigo itu berusaha melepaskan cekikan dari sosok tangan gaib yang menyerangnya, tetapi ia tahu bahwa tenaganya tidak seberapa. Kekuatannya telah melemah seiring berjalannya waktu di hutan asing satu ini, seolah-olah vitalitas energinya diserap secara laun.

"Argharezard!! Goblok, ngapain dari tadi gue diem aja?! Duh, cari apaan, nih buat ngalahin tangan gede itu satu?!"

Rhayzaen dengan hati panik, lekas bangkit dan menolehkan kepalanya ke kanan-kiri berharap ia menemukan sesuatu yang bisa membebaskan sahabatnya dari ancaman nyawa itu.

Sekejap waktu menghampiri, bola mata Rhayzaen terbelalak senang saat mendapati sesuatu yang mengkilap di bawah pohon sisi kanannya. Mungkinkah itu senjata tajam? Dengan langkah besarnya, ia berlari untuk mengambil benda tersebut.

"B-buset, uler?!" Getaran suara keluar dari mulut lelaki Friendly itu terdengar, usai tersungkur ke belakang karena tercengang melihat ular hitam dengan tubuh panjang sehalus kain sutra.

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang