Chapter 29 | He's Not Ordinary

35 4 6
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Rhayzaen menimang-nimang ponselnya dengan genggaman tanpa erat, wajahnya masih suram, matanya juga tidak menyampingkan dari sayu. Padahal semuanya telah kondusif, namun hanya kurang dirinya saja yang belum mampu berdamai oleh keadaan. Entah mengapa lelaki itu mengangkat-angkat, membolak-balikkan, menggesek-gesek layar handphone secara berulang hingga aktivitas acaknya di perhatikan Argharez dari atas ranjang pasien, menengok sang sahabat yang ada di sofa panjang sisi kiri.

"Gak capek, itu tangan gitu mulu?" gumam Laova yang langsung bisa didengar Flaeyra.

Bola mata tiga sahabat Rhayzaen merotasi ke arah pintu yang dibuka seperempat lebar. Seorang lelaki tersenyum, insan yang tentunya mereka kenali, Rafangga Vendo Gelvindar. Ia menyapa keseluruhan kawannya yang masih ada di dalam ruang kamar rawat inap ini.

"Kirain kamu udah pulang. Ke sini lagi, Raf?" tanya Flaeyra usai refleks menegakkan badan di sofa panjang bagian kanan tempat Argharez dibaringkan.

Rafaga menoleh dengan seutas senyum ke gadis cantik itu yang menunggu jawabannya. "Hehe, iya tadi emang pulang. Tapi balik lagi ke kota Bogor. Mau jengukin Argharez yang ternyata udah Alhamdulillah sadar. Ya, gak?"

"Hm." Setelah pertanyaan obrolan dilayangkan olehnya, Argharez pasti merespons, sayangnya menggunakan nada yang dingin dan singkat.

'A-aduh! Kepanah es lagi, jantung gue! Masa udah ngomong panjang, lebar, tinggi jawaban dia kayak sejumput garam?' oceh Rafaga dalam batinnya. Sialnya suara kalbu itu mampu ditangkap pendengaran Argharez, meski tak ingin menghiraukan sikap dramatisnya yang menyentuh dada seolah paling tersakiti.

Pemuda itu membuka matanya setelah spontan melakukan adegan yang sangat membuat Argharez risih. Rafaga cengengesan karena lelaki dingin tersebut rupanya melihat ke arahnya dengan sorot tatapan mata elang, sangat tajam!

Sampai detik penyelesaian cengengesan yang terdengar kocak itu, Rafaga menemukan sesuatu mengganjal di saku kantong jeans celana panjangnya. Ada dua benda di dalam masing-masing kantong hingga lelaki itu teringat akan tadi malam apa yang sudah diberikan kepadanya.

"Oh, ya ampun! Gue sampe lupa balikin ini, Ar!" pekik Rafaga setelah itu sambil melangkah mendekati Argharez yang tengah duduk bersandar di ranjang pasien.

Laovarnka dan Deaflaeyra menaikkan kedua alis tipis mereka waktu meninjau tangan Rafaga yang merogoh dua benda nang sempat disimpan. Pemuda itu menyerahkan kunci mobil Avanza Veloz, terakhir tongkat berwarna hitam dengan kristal yang memiliki warna sepantaran ke Argharez.

"Sorry, ya kalo kelamaan ngasihnya? Gue baru tau lo sadarnya sekarang, hehehe! Santai! Gue nggak bermaksud nyuri ini yang lo punya, kok!" ucap Rafaga dengan logat jujur.

Argharez dengan gerakan yang masih lemas, menerima dua benda tersebut tanpa kini menatap pemuda itu yang sebenarnya kawan sendiri. "Ya, thanks."

"Masam- Hah?!" Rafaga terkejut setengah hidup saat bola netranya tak sengaja menuju haluan kursi sofa kiri yang ada di hadapannya hingga punggung tangannya menyampuk rahang dagu Argharez dengan kencang.

Laova melebarkan lubang mulutnya sampai membentuk oval sedangkan Flaeyra menutup bibir dengan satu telapak tangan bersama mata yang memicing. Kedua gadis itu tercengang, pasti sakit banget! Sementara Rhayzaen hanya menatapnya tanpa roman berubah, tetap pada awal sebelum pemuda itu kembali menunduk dengan benda pipihnya.

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang