Chapter 36 | The Unwavering Bond

31 2 0
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

BRAKH!!!

Suara gebrakan pintu kamar rawat mendominasi sepinya ruangan, membuat ibu satu anak ini terkejut setengah mati. Coba saja, tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan kagetnya Rhayzaen yang langsung bangkit duduk dengan napas tersengal-sengal, matanya menelisik gegau ke arah ambang pintu. Jangan ditanya lagi, lelaki itu baru saja menghadapi mimpi buruk yang kurang masuk akal. Sudah biasa jikalau sedang jatuh sakit seperti ini, rohnya pasti selalu dibawa oleh portal hitam menuju keburukan alam mimpi buruk. Hantu mungkin....

Pelaku itu tak bukan lagi Jeovran─tetangga seberangnya Rhayzaeneld yang satu mintakat, komplek Bhamarsta. Pemuda itu tak kalah terperangah sampai ia membekap mulut, menyadari kesalahannya yang terlalu ceroboh nan petakilan ini, terlihat pula banyak peluh keringat yang membasahi sedikit tubuh.

Kepala Rhayzaen yang masih pening untuk terus menghadap lurus, merunduk lemah, dadanya ditempel oleh tangannya sendiri untuk mengelus pelan. Ia mengembuskan napas lirih, mencoba menetralkan debaran jantungnya yang terlalu kuat.

"Jangan ... ngagetin ... gue ... kayak gitu ...," ujar Rhayzaen setengah bernada sesak, terdengar napas yang terputus-putus. Astaga! Agaknya Jeovran sudah keterlaluan.

Jeana yang langsung panik terlebih melihat putranya memegang dada tepat bagian kiri, lekas mengulur diri untuk mengusap-usap bahu sekaligus punggungnya. Setelahnya, wanita cantik yang menjadi korban kekagetan dari anak tetangganya, menoleh di mana pemuda berpakaian kasual seperti outfit kebarat-baratan itu masih mematung getir di ambang pintu kamar rawat.

"Jeo, lain kali kalau mau masuk itu, ketuk dulu pintunya, Nak. Jangan asal main terobos gitu aja. Ya? Lihat, tuh, HP Tante sampe mau kepental, kaget Jeo kenceng banget bukain pintu," tegur halus Jeana.

Jeovran nyengir cepat seraya melangkah gusar ke ranjang pasien tempat baringnya sang tetangga. "Aduh, iya, Tante! Jeo minta maaf! Tadi, tuh Jeo panik banget denger kabar Rhayzaen dirawat lagi gara-gara penyakitnya kambuh lagi ... maaf, ya, Tan? Jangan marahin Jeo, beneran nggak sengaja, kok gebrak pintunya, huhu!"

"Zaen?! Wallahi, ampun! Lo nggak pa-pa 'kan?! Jantung lo sakit lagi, ya?! Gara-gara gue, nih?" runtun Jeovran menghujani pertanyaan untuk menampakkan perasaaan cemasnya sebagai kawan lama.

Rhayzaen yang pasti mendengar celoteh itu dari samping kanan, menepis lemas Jeovran nang telah menyentuh lengan tangannya. "Gue gak sakit jantung, anjing ...."

"E-eh, iya bukan!" respons cepatnya setelah mengerjap kilat.

Jeovran menjauh sedikit dari jarak Rhayzaen, takut bila ia jadi sasaran maut untuk kawannya tonjok. Menatap Jeana yang rupanya juga menatap matanya. "Anu ... Tante! Jangan putusin hubungan silahturahmi Jeo sama Zaen, yaa? Sumpah demi Allah, Jeo enggak sengaja bikin Tante sama Rhayzaen kaget kayak kepergok orang kriminal! Toloooooong, maafin Jeo! Boleh dimaafin, yaaaa?!"

Jeana seketika tertawa renyah kala mendengar ucapan berlebihan dari lelaki berambut sedikit gondrong itu. "Enggak, Sayang. Jeo ngapain sampe segitunya ke Tante, deh? Nggak apa-apa, Tante udah maafin kamu. Tante juga tahu, kok kalau Jeo memang nggak sengaja. Itu saking gelisahnya sama kondisinya Zaen, kan?"

Jeovran mengangguk antusias seperti anak usia dini. "Iya! Tadi Jeo udah bilang gitu sama Tante. Jadi, dimaafin, nih?"

"Hahaha, iyaaaa."

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang