Chapter 34 | Lord's Knight

61 2 0
                                    

(Comment tiap paragraf, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

Alur konflik ini panjang, yang gak mampu baca boleh dilewati... Tapi tanggung sendiri, ya kalo penasaran? Adegan ini udah gak bisa dipenggal penggal lagi, Readers. Aku harap kalian mau mengerti ⚠︎

-HAPPY READING-

Raga Argharez dijungkirbalikkan ke awang-awang, kemudian diluluh-lantakkan lagi di lantai. Sudah beberapa persen antara pukulan dan depakan yang diterima olehnya hingga ada sisi mana lebam di bagian wajah tampannya. Kencangnya benturan kepala, membuat rasanya otak ini ingin pecah.

“HNG-AAAAAAAAAARGH!!!”

Injakan sepatu yang sengaja menindih darah luka perut dan mencekik leher, berhasil membuat Argharez mengeluarkan jeritan kuat yang pernah ia udarakan. Teriakan sakit dari lelaki berwajah pucat itu sukses menggelikan hati pembunuh untuk tertawa gembira.

“Bagus! Ayo, teriak lagi! Lebih kencang, hahahahahaha!!!” pemuda itu semakin memberi tekanan siksa di tubuh Argharez yang terbaring tak berdaya di atasnya.

“Uhuk!! S-sakit! Lepaaaaaaas─ Uhuk-uhuk!!!”

Pemuda itu berbohong. Ia mengangguk, namun justru menambah durasi kecepatan dan tekanan tinggi yang bisa berpotensi menghabiskan seluruh isi nafas di dalam daksa Argharez. Lelaki itu memang menjerit kesakitan, tetapi tenaganya untuk menampik kekerasan fisik dari psikopat tersebut sudah tak ada. Dirinya hanya mampu merintih tanpa berharap siapapun menolongnya.

Napas Rhayzaen terdesak, bulir keringat pelipisnya mengucur hingga sampai di ujung dagu. Sepersekian detik lelaki itu mendorong air liur ke tenggorokan dengan keras, air mata tak ingin berhenti. Padahal berusaha membendungnya sekuat pelupuk netra, namun itu upaya yang sia-sia saja.

Mendengar jeritan luar biasa sakit dari suara Argharez membuat ia kehabisan akal, pikiran negatif menggerogoti otaknya tanpa halangan. Rhayzaen tidak tahu apa yang dilakukan oleh virulen itu kepada sahabatnya. Tawa sang lawan juga menggelegar kencang nan bahagia, seronok mendengar teriakan gentar korban yang baginya mengalun indah di langit malam.

Flaeyra yang tidak mau diam saja gara-gara beling itu pecah di lantai, ia menggunakan cara kedua yaitu memperhatikan gerakan tangan sahabat lelakinya yang berusaha melonggarkan tali tambang. Otot lehernya lumayan ngilu karena jarak kursi ia dan Rhayzaen terkira cukup jauh terlebih posisi bagian sahabatnya di pojok kanan.

Sementara Laova tersenyum kaku saat merasa adanya robekan tali yang berhasil gadis itu sayat sisi pecahan kaca. Ia geram, marah, muak pada perlakuan si pembunuh agresif tersebut yang menyakiti Argharez tanpa ampun. Ia sudah banyak mendengar rintihan pilu yang muncul dari suara sahabatnya.

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang