Chapter 20 | Sacrifice and Duration

48 5 156
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Roda mobil hitam itu berhenti berputar untuk berjalan saat Argharez memijak pedal remnya dengan dilanjut menarik atas stik tuas samping kursi. Terlihat dan terasa gapura dalam komplek Ghanatra ini sepi kendatipun sepanjang aspal dilengkapi tiang lampu yang berpijar untuk mengurangi nuansa gelap.

Tanpa berpamitan, Flaeyra menarik tas besar kemping miliknya untuk ia ajak keluar dari mobil. Namun tidak lama kemudian, gadis itu justru membuka pintu bagian kemudi, membuat sahabat kecilnya terperanjat kaget. Belum sempat pemuda Indigo itu kembali mematangkan kekuatannya di jam sekarang.

"Langsung masuk ke rumahku, yuk! Kita makan malem bareng-bareng dulu sebelum kamu pulang. Daripada capek karena harus bikin makanan instan atau telur goreng, kan? Ayo! Udah ditungguin sama orang tuaku."

Argharez mengerjapkan mata. "Gak usah, ngerepotin. Kamu masuk ke rumah sendirian saja, aku bisa makan malam di rumahku."

Flaeyra menggelengkan kepalanya, sudah pastinya gadis cantik itu menolak. "Enggak bisa! Tadi aku udah chat sama bunda biar kamu ikutan makan malem bareng. Mau, kan? Mau, dong. Yuk, ah! Keburu angin di sini makin dingin."

Pemuda itu yang terus ditarik-tarik tangannya oleh sang sahabat kecil perempuan, hanya merespons pasrah untuk menuruti keinginannya. Kini Argharez menekan tombol kotak dengan ibu jari lepau cabut sabuk pengamannya sebelum beranjak dari kursi mobil yang ia tunggangi.

"Yang di ruang makan ada banyak loh, Grez! Pokoknya ada makanan favorit kamu, deh! Makanya jangan sampe ditolak, nyesel nanti." Flaeyra berceloteh riang dengan tetap menarik tangan panjang sahabatnya yang hendak mengeluarkan diri dari mobil.

"Iya-iya, sebentar aku kunci dulu."

Gadis jelita yang terkadang sikapnya seperti kekanak-kanakan itu, cengengesan lebar waktu Argharez menyuruhnya untuk menanti sebelum dirinya selesai mengunci otomatis kereta besi punyanya. Usai sudah, mereka berdua mulai meninggalkan kendaraan beroda empat tersebut di pinggir jalan. Parkirannya tepat di sebelah gerbang rumah pemuda pemilik indera keenam ini.

Flaeyra yang telah membuka pagar rumahnya, kini ia bergantian membuka pintu yang memiliki dua sisi. Bersama senyuman manisnya, gadis itu menyingkap sapaan gembira- bermaksud mengucapkan salam.

"Hihi, Assalamualaikum! Ayaaah, Bundaaa! Flaeyra udah pulaaaaaang! Bukain dooooong!!!"

Argharez terperangah saat mendengar pekik ria Flaeyra yang ada di dekat sampingnya. Bahkan saking refleks, pemuda itu menempelkan jari telunjuknya di bibir dengan menatap gadis sahabat kecil miliknya. "Jangan teriak begitu, sudah malam ..."

"Eh?! Ehehehe, iya, maaf!" Setelah memasang cengiran di bibir mungilnya pada lelaki tampan itu, antensi Flaeyra teralihkan ke suara pintu yang dibuka. Dan di sana langsung terdapat sosok sejodoh suami-istri yang saling tersenyum lembut, menatap gadis jelita itu nang tak bukan lagi putri semata wayangnya.

Mata Flaeyra berbinar bahagia waktu berhasil menancapkan kontak netra ke sang pandangan mata sang ibu. "Bundaaaaaa!" Gadis itu berlari riang dan memeluk wanita yang tak kalah cantik itu dengan erat.

Wanita paruh baya yang mendapat dekapan rindu dari anak tercintanya, tertawa sambil membalas perilaku manis dan menggemaskannya itu. "Imut cantiknya Bunda udah pulang, ya? Gimana liburannya tadi dan kemarin, Sayang?"

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang