Chapter 40 | Shipwreck

11 0 0
                                    

(Comment tiap paragraf, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Debaran jantung Argharez senada dengan angin gaib yang masih menerpa sekitarnya dan di depannya. Iris abunya terpaku dan beku terhadap sosok yang seharusnya ia hindari sesuai permintaan Renjana. Namun dengan nasib malangnya, lelaki itu justru kembali bertemu makhluk mengerikan ini.

Monster perkasa itu mendesis, menatap lapar pada energinya yang sangat bercahaya dari dalam jiwa. Sekali lagi Argharez meneguk liur, rasanya tidak mungkin bila ia berhadapan dan melawan makhluk mematikan tersebut. Maka salah satu jalannya, kabur dari jaraknya!

Tanpa dulu menyusun kalimat bibir maupun lubuk kalbu, lelaki berbadan adiluhung 180 sentimeter itu sungguh-sungguh gesit memutar haluan untuk membesarkan langkah dengan berlari sekencang-kencangnya dari makhluk eksotik di belakangnya. Sepakat keinginannya mengelak kuat.

Jangan merasa aman dulu, Argharez! Ia mengerjarmu, mustahil membiarkan kamu kabur dengan mudah. Lelaki itu harus bermain kepintaran merancang strategi agar benar-benar terbebas dari monster perkasa tersebut yang kalap mengejar dengan getaran amukan, pikirnya; berani sekali melarikan diri dari kepuasan untuk siap menyantap sarapannya?

Daksa Argharez yang masih terbaring lemah dalam ruang Gantry sempit itu, bereaksi samar ketika estimasi rohnya berpengaruh. Netra yang terpejam damai bersama lemasnya wajah pias, berubah mengkerut pelan, seolah ikut merasakan kegusaran paling kacau yang sedang dialami setengah atmanya di sana, kendati otak tak mampu merespons dengan baik.

Napas Argharez tersengal-sengal, larinya sudah tak tentu arah. Lorong lantai ini cukup panjang untuk dilintasi─syukur tidak ada jalan buntu yang membuat lelaki itu frustrasi balik. Di dalam pikirannya, Argharezard berusaha mencari cara mengudarakan diri dari kecaman itu. Baginya ini adalah jebakan maut yang tak terduga, sialan!

Hingga mata pemuda itu membeliak, tersirat sunggingan bibir yang melengkung ke atas. Sepertinya ia telah menemukan ide. 'Ajaran Renjana? Ya, gue bisa gunakan ini untuk mencegah bahaya dari dia! Dengan menutup mata dan menghitung detik angka, gue pasti berhasil pergi dari penglihatan makhluk itu.'

Argharez menyelimuti sepasang bola matanya dengan kulit kelopak masing-masing, merilekskan kepanikan dan mulai membatin untuk menghitung detikan angka. Sayup-sayup ia mendengar erangan kuat makhluk tersebut yang brutal dalam mengejar agresif jejak langkahnya. Argharez menulikan, ia harus segera berpindah lokasi! Distorsi lorong ini sangat tidak aman untuk keselamatan antara roh dan daksanya.

Detik angka terakhir inilah saat yang tepat lelaki itu kembali membuka mata secara perlahan, ia pasti tahu satu gejala yang dirinya mengerti melalui penglihatan adalah buram. Dan Argharez berhenti berlari ketika ia juga merasa tak lagi dikejar oleh makhluk tersebut. Lelaki itu mencoba menelisik seluruh keliling sekitarnya, benar! Monster mengesalkan itu telah tidak terlihat lagi, artinya dirinya berjaya mangkir!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang