Chapter 30 | Empty Cry

36 3 3
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Asghar meraup wajahnya dengan frustrasi, tak menyangka hasil yang diberikan oleh dokter di hadapannya akan seperti ini sementara istrinya terdiam bisu dengan hati yang sangat gelisah, tersimpan sayatan yang mampu melukai batinnya. Mengapa semua ini harus terjadi kepada putranya?

Dokter pria itu tahu betapa terpukulnya mereka berdua yang menjadi sebagai selaku orang tua Argharez. Beliau juga tak bisa menyembunyikan rasa sendunya, karena diagnosis yang telah menghasilkan bukti ini bukan kasus kondisi lazim, tapi serius.

“Dok, apakah yang diderita anak kami memiliki kemungkinan untuk sembuh? Saya sebagai ayahnya tidak ingin sakit ini menimpa Argharezard,” tanya Asghar serius setelah melepaskan raupan kedua telapak tangan dari wajah.

Beliau mengangguk dengan seutas senyum. “Bapak bertanya hal yang tepat. Karena ini masih tergolong ringan, ada kemungkinan besar akan pulih, bersama obat dari resep saya untuk Argharezard konsumsi. Untuk sementara waktu, putra Bapak dan Ibu perlu dirawat di sini selama beberapa hari ke depan untuk memantau penyembuhannya.”

Andrana mengatup bibirnya, air mata nyaris lolos untuk meluncur dari pelupuk, namun wanita itu tahan. Mendengar percakapan dokter yang menjelaskan rinci tentang organ dalam buah hatinya, serta melihat petunjuk potongan biro dan gelombang grafik hasil rekaman jantung, membuat ia tak berdaya. Rasanya ingin menarik tubuh Argharez ke pelukan dada dengan meminta maaf sebesar-besarnya karena telah gagal menjaga keselamatan riwayat putra yang amat ia sayangi bersama sang suami.

“Ibu ... Ibu yang tabah, ya? Saya selaku dokter spesialis Argharezard juga merasakan hal yang demikian.”

Asghar menggaet lembut bahu kecil istrinya untuk menuju ke dekat tubuhnya, memberinya ketenangan atas apa yang telah ditimpa anak semata wayangnya sejak lama. “Saya mengerti itu.”

Dokter pria yang masih segar akan usia, hanya sanggup meneruskan senyumannya saja terhadap Asghar yang telah meresponsnya. Memperhatikan betapa terkejutnya sang ibu mengetahui seluruh informasi yang sempat beliau rahasiakan dari tiga remaja sebagai kerabatnya pasien. Raut dari ayahnya Argharez juga tak bisa berdusta, tergambar kehampaan yang langsung amblas di kalbu.

‹‹-----𝕾𝖎𝖝𝖙𝖍𝖘𝖊𝖓𝖘𝖊-----››

____________________

SABLENG REOG

[Sableng Reog]

Zaen, nanti pas udah kelar dari konter, traktirin gue jajan di kantin RS, ongey? Deket, lah di lantai dasar deket lobi. Sekalian aja lo beli makan ama minum gitu, lo dari pagi nggak isi apaan, kan? Ya, sama! Gue juga, laper iniii. Jangan biarin sahabat ceweknya metong kelaperan, Nyuk! Arigatouuuu!!

____________________

Begitulah isi gelembung chat dari Laova yang sangat panjang dan barbar itu, hingga Rhayzaen yang membacanya, menghela napas dan mengetikkan singkat tuk membalas pesan sang sahabat perempuan akrabnya.

“Mau yang berapa GB, Bang?” Seorang anak berusia 9 tahun menanyakan voucher gigabyte kepada pembeli yang telah tiba di kios konter seberang rumah sakit.

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang