Chapter 17 | Something Hidden

27 5 0
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

"AKHIRNYA BISA BALIK JUGA DI HUTAN BOGOR INI! BOKAP, NYOKAP, GUE RINDU KALIAAAAAN!!!" teriak kencangnya Laova hingga menggelegar setempat dengan tubuh ia putarkan seperti penari balet.

Flaeyra yang berjalan di sebelahnya menyiku ringan anggota tangan kiri sang sahabat Tomboy-nya yang nada suaranya terlalu nge-bass. Ini memang hutan, puas-puas bebas untuk berteriak semuanya, tapi tidak juga seperti ini astaga!

Di sisi lain, belakang tubuh gadis-gadis itu dengan lumayan berjarak jauh. Rhayzaen konstan setia pada Argharez yang masih ia papah tanpa mengeluh, jalan kaki sahabatnya ia rasakan semakin lambat, tak macam sebelumnya yang menggunakan frekuensi. Terlebih jalur untuk menuju lapang mereka berkemah, masih begitu jauh dikarenakan portal tersebut tadi mengantarkannya ke kawasan tepi jurang tempat di mana empat remaja itu dikasih awalan jebakan maut.

Sasaran tusukan tak kasat mata, telak mengenai bagian dalam dada kiri Arhgarez. Sedikit mengarah ke organ jantungnya yang masih berdetak, rasa sakit dahsyat itu sanggup pula mengubah pandangannya tidak jelas alias memburam. Ia berupaya menahan kuat sebisa tenaganya, namun.... Kali ini kurang bisa, apalagi rintihannya sampai terdengar ke telinga Rhayzaen.

Keringat dinginnya, bibir keringnya yang menunjukkan kepucatan nang setara dengan wajah, tak bisa untuk berdusta dari kontak mata seseorang. Hingga Argharez tak sengaja memunculkan suara yang jarang keluar dari mulut.

"S-sakit ..."

Mendengar keluhan yang menyelekit hati, membuat rongga netra Rhayzaen melebar langsai. Menatap kembali wajah sahabatnya yang baru saja melontarkan kalimat tersebut nang tidak pernah ia dengar sebelumnya. "Sakit?! Mana, bagian mana yang sakit, Grez?!"

Argharez tak merespons, suaranya mendadak terbatas untuk menjawab pertanyaan khawatir rasa persahabatan dari Zheyran ini. Entah mengapa juga, sakit yang menyiksa raganya makin merajalela, harusnya segera berkurang karena ia buat gerak. Itu pemikirannya sang lelaki Indigo.

"Mateng, gue. Mateeeeeeeng!!"

Laova tiba-tiba menghadapkan tubuhnya ke belakang, setelah mendengar penuturan itu dari mulut sahabat lelaki humorisnya. "Apanya yang mateng? Lo gosongin bakaran sweet potato, kah?!"

"Matamu! Udah liat gue posisinya lagi ngurusin kondisi urgennya Argharez. Makanan mulu isi otak lo, Bejir!"

"Ya, nggak usah ngegas juga, bangsat!!" cela Laova.

Mencibirnya segera gadis sahabat Tomboy-nya itu, saat dirinya kembali memutar posisi tubuhnya ke depan yang di sampingnya terdapat sosok Flaeyra nang berjalan walau pikirannya kurang tenang tentang keadaan Argharez.

"Uhuk!" Pemuda tampan itu yang masih merasakan deru sakit, terbatuk. Tangan kirinya menyentuh dada kiri tepat letaknya organ vitalnya, matanya menyipit dengan mulut terbuka nang langsung memperlihatkan barusan gigi rapi yang posisinya meringis.

"Grez- Argharez!!" Rhayzaen seketika mendadak panik, sampai spontan berteriak waktu kedua kaki sahabatnya menekuk lemah untuk limbung ke tanah. Suara pekikan yang lumayan menggelar itu, sontak membuat kedua gadis di sana tergegau dan lantas menengok ke belakang bersama iris meluas.

Tubuh lemas yang ambruk ke bawah permukaan nang bersifat keras itu, berhasil membikin lelaki Friendly tersebut ikutan merosot dikarenakan tangan Argharez masih bertengger di tengkuknya. Tanpa berlama, Rhayzaen lekas mengubah posisinya ke beda arah tuk memastikan kondisi sang sahabat yang terkini.

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang