Chapter 12 | Amulet

67 5 35
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Rhayzaen melayangkan bogeman mentah dari tangannya ke Argharez untuk lebih dulu memulai pertarungan yang sangat tak mengenakkan pandangan mata ini, namun sahabatnya segera mencekalnya kuat dan cepat. Tatapan netranya Argharez kini lebih menunjukkan kemurkaan terhadap makhluk yang mempergunakan salah pada raganya Rhayzaen.

Sementara Flaeyra dan Laova yang terdiam melihat tontonan sakit hati saling getir tak tertolong. Mereka berdua takut bila pertarungan sengit ini menjadi malapetaka untuk para lelaki tampan itu karena fisiknya saling terluka. Tidak ada yang bisa gadis-gadis itu lakukan selain bisu mengamati visi di depan mata.

"Berani lo cegah serangan gue!" berang pemuda Friendly itu seraya melayangkan pukulan tangan dari kepalan kencangnya ke arah wajah Argharez.

Dengan tangkas, makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai kelebihan istimewa itu menahan lagi tangannya Rhayzaen. Kini bukan cuma ditahan saja, tapi juga dipelintir sekaligus menendang perutnya hingga raga sahabatnya Argharez terhuyung ke belakang dengan langkah terseret dan berakhir jatuh di lantai.

Brugh!

"Maaf," singkat Argharez.

Tentunya Argharez melakukan itu dengan niat yang terpaksa, jujur ia tak rela berbaku hantam kepada Rhayzaen terlebih dirinya adalah sahabatnya. Di sisi lain, lelaki humoris itu balik bangkit bersama hidung kembang kempis akibat berhasil diserang oleh lawan serunya.

Rhayzaen memiringkan kepala ke kanan-kiri, sesudahnya itu membunyikan setiap tulang jari tangannya untuk memantapkan balasannya ke Argharez yang telah menggenggam nyali lepau menghadapi sosok sepertinya.

Grep!

Tenaganya yang sudah terkumpul, ia gunakan untuk membentengi pada balasan serangannya sang sahabat yang ingin menyakiti kulit muka. Rahang ia mengeras dengan menatap tajam mata aura Rhayzaen secara fokus.

"Gue ingin lo keluar dari tubuh dia, detik ini juga! Lo gak bisa asal mempermainkan raga sahabat gue yang tidak bersalah. Hanya karena suruhan dari Cameron, lo mengiyakannya untuk menjadikan Rhayzaen sebagai umpan!"

"Oh my gosh ... what? Cowok berhati iblis itu jadiin Rhayzaen umpan?! Wah, emang minta dilempar ke Neraka paling bawah, nih!" gumam Laova kesal.

Flaeyra menutup mulut perlahan dengan bola mata indah terpaku di pandangan sahabat kecil lelaki tampannya. 'Sebenarnya Argharez itu siapa? Kenapa seolah dia mengetahui semuanya tentang di bangunan kastilnya Cameron? Gak mungkin juga kalau dia punya indera keenam.'

'Manusia Indigo yang sangat luar biasa. Setelah aku membuka aura batinnya, dia secepat itu mengetahui identitas dan siasat niatan-ku, begitu mengesankan.' Cameron mengucapkan secara relung hati dengan posisi kedua tangan terlipat di depan dada.

Sekarang dengan liciknya untuk mengalih perhatiannya Argharez dari Rhayzaen, tangan Cameron bergerak buat mematahkan salah satu tali penyangga sangkar perangkap yang ditempati kedua gadis tersebut sampai saat ini.

Akibat salah satunya terlepas dari sana, sangkar besi yang macam ruang tahanan berguncang dengan merosot turun, hal itu membuat mereka berdua terkejut setengah mati bersama mata melebar. Bahkan saking takutnya terbanting, Laova maupun Flaeyra saling berpegangan tangan dengan tubuh berdempetan. Rasa bimbang mereka ini sudah tak bisa lagi dipungkiri.

Argharez yang mendengar suara bising di daerah samping kanannya, lekas melemparkan tatapan tajamnya kepada Cameron dengan tangan menunjuk. "Hentikan permainan lo yang ingin melukai fisik dan mental mereka berdua!"

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang