Chapter 3 | Invest

48 9 72
                                    

(Comment tiap paragraf, ya...)

Harap hati" karena typo bertebaran

-HAPPY READING-

Di pertengahan jalan untuk mendirikan tenda, suasana hutan tersebut tadinya memang sejuk, tetapi semakin mereka memasukinya, hawa dalam hutan menjadi dingin. Argharez yang sedari tadi tetap was-was oleh sekitar alam ini, agak merasa curiga dengan tempat hutan yang ia dan ketiga sahabatnya pijak.

Di sisi nuansa yang seperti ini, kedua bola matanya Argharez bergerak ke kanan dan ke kiri secara berulang-ulang. Lelaki Indigo itu rasa, eksistensi aura wilayah ini sedikit janggal akan tetapi Argharez berupaya untuk mencoba mengacuhkan.

Dinginnya semilir angin yang menembus pakaian nang mereka berempat kenakan untuk lancar menerpa kulit halus serta putihnya. Saking hadirnya tiupan pergerakan udara dari daerah bertekanan maksimal itu, semua pepohonan yang dilengkapi daun-daun hijau, menari di atas sana sesuai haluan arahan irama. Hingga yang merasakan betapa dinginnya suasana dalam hutan ini, seketika mendekap tubuh masing-masing.

'Yang benar saja, feeling gue di hutan ini semakin buruk. Ada sesuatu yang kemungkinan tidak beres,' batin Argharez dengan tetap mendekap raganya.

Rhayzaen yang sibuk memfokuskan mata ke arah depan, mengerutkan kening dengan mulut terbuka tipis. sesuatu yang kemungkinan tidak beres? Apa maksudnya Argharez?

'Emangnya ada apa sama hutan ini? Masa- ck, ah! Paling juga itu anak parno.' Lelaki humoris berambut cokelat dengan gaya style terkininya, mengalihkan pemikirannya yang telah sang sahabat batin dan lalu ia langsung mendapatkan pemandangan luas usai kembali berkutat mencari tempat yang sesuai.

"Eh, Gaes! Diriin tendanya di sebelah sana aja, yok?! Tuh, dari sini keliatan banget kalau tempatnya luas dan berlapang. Ayo!" semangat Rhayzaen bersama menunjuk arah tersebut yang ia temui pakai penglihatan tajamnya.

Mata Flaeyra berbinar. "Pencarian yang bagus, Zaen! Yaudah, yuk. Kita berempat langsung saja ke sana. Aku selak ingin angetin tubuh, nih gara-gara kedinginan."

"Betul, Cuy! Padahal matahari udah naik ke atas langit, tapi udara di dalem ini hutan kerasa dingin banget kek lagi di puncak gunung, br!" timpal Laova.

Rhayzaen menganggukkan kepala dengan senyum kecut karena ia termasuk lelaki yang tak mampu tahan dingin, tentu saja dirinya berusaha melindungi tubuhnya dari terpaan embusan angin dari hutan luas tersebut. Dikarenakan jika tidak, ia akan segera jatuh sakit. Ya, mungkin ini adalah kelemahan pribadinya sang Hevainder Efalno Rhayzaeneld.

Argharez yang mengikuti arah tangan Rhayzaen saat menuding, hanya diam saja tanpa merespons sepatah katapun. Hal itu tentu pula membuat Rhayzaen penasaran apa yang terjadi dengan sahabatnya, bukan perkara sikap cueknya, namun gelagatnya yang aneh setiap menatap sekitar hutan.

"Grez? Lo kenapa, dah? Cara ngelirik visi hutannya, kok kayak aneh gitu? Persis kek anak cenayang yang ada di film-film, hahaha! Napa? Apa ini ada kaitannya soal tadi pas di depan waralaba-"

"Stop it! Jangan mencoba untuk menginterogasi gue. Kalau itu masalah dalam hidup gue, apakah lo harus ikut campur? Dasar Cerewet," potong Argharez.

Rhayzaen terhenyak dengan mata melotot pada suara sentakan dan tatapan tajam dari Argharez yang menghujam ke arah netranya. "S-siapa yang mau interogasi elo, Bang?! Gue, kan cuman nanya lo kenapa. Apalagi soal yang tadi di mobil. Emangnya kagak boleh?"

Argharez mendengkus, lalu iris mata pigeon grey autentiknya balik menatap tajam mata Rhayzaen yang masih berkontak dengannya. "Hilangkan jiwa penasaran lo terhadap gue. Elo gak perlu tahu gue kenapa. Dan itu, bukan urusan lo! Ngerti?"

He Is The Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang